Proyeksi 2018: Mimpi Palembang Menjadi Tuan Rumah MotoGP 2019
Reporter: Antara
Editor: Eko Ari Wibowo
Rabu, 27 Desember 2017 07:42 WIB
Alex Noerdin Luncurkan Program Sumsel Smart and Care
Iklan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ibu Kota Sumatera Selatan, Palembang bermimpi bisa menyelenggarakan balap bertaraf Internasional, MotoGP di Indonesia. Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin menyatakan optimistis bahwa pembangunan fisik Sirkuit di Jakabaring, Palembang bisa dimulai Januari 2018. Alex mengatakan ada tiga investor yang telah melirik pembangunan sirkuit di kawasan seluas 120 hektare itu yang ditetapkan satu terpilih Januari nanti.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Setelah investor didapatkan maka mimpi Sumsel menggelar MotoGP semakin di depan mata," kata Alex beberapa waktu lalu.

Optimisme tersebut, setelah Alex Noerdin berkunjung ke Jerman beberapa pekan lalu. Ia sempat berbincang-bincang dengan Herman Tilke, perancang sirkuit Moto GP. Kemudian, Alex juga diajak melihat langsung konstruksi dan peralatan Nurburging Circuit. "Saya semakin semangat menjadikan Sumsel tuan rumah MotoGP 2019 nanti," kata dia.

Baca: Alex Noerdin: Kompetisi MotoGP Akan Digelar di Palembang

Sejauh ini, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah mengklaim bahwa akan menjadi tuan rumah Asian Games. Pengalaman tersebut bisa menjadi modal menghelat event besar Internasional. Tak hanya itu, Alex Noerdin menegaskan bahwa daerahnya tidak main-main dalam mewujudkan keinginan menjadi tuan rumah MotoGP, meski dana investasi yang harus disiapkan mencapai Rp500-600 miliar. "Lihat sendiri siapa yang lebih siap," kata Alex.

Meski sirkuit yang diproyeksikan menjadi arena Moto GP di kawasan Jakabaring Sport City masih dalam tahap penyiapan lahan, menurut Alex, Palembang jauh lebih siap. Adanya Asian Games pada Agustus 2018 membuat Palembang telah berbenah sejak 2015 dengan membangun sejumlah proyek infrastruktur, seperti jalan tol, Light Rail Transit (kereta api dalam kota), Jembatan Musi IV dan Jembatan Musi VI, flay over (jalan layang), rumah sakit, perluasan bandara dan lainnya.

Selain itu, Jakabaring merupakan kawasan terintegrasi belasan arena olahraga bertaraf internasional yang belum ada satu pun provinsi di Indonesia yang memilikinya. "Nanti, dari bandara bisa langsung ke Jakabaring naik LRT, tidak perlu terjebak kemacetan. Lantas, bandingkan jika penyelenggaraannya dipaksakan di Sentul. Tentunya harus membangun sirkuit baru dan belum lagi bagaimana menyiapkan akses ke sana," ujar Alex.

Untuk itu, Alex sangat percaya diri bahwa nantinya pilihan Dorna Sport pada Kota Palembang, Sumatera Selatan. Apalagi, dalam beberapa kali lobi-lobi, Dorna sudah menerima masterplan yang ditawarkan Sumatera Selatan, termasuk menunjuk Herman Tilke, perancang 18 dari 21 sirkuit MotoGP, serta 16 dari 19 sirkuit Formula 1 yang ada di seluruh dunia.

"Jika di Mandalika karena alasan merupakan kawasan yang luas, bisa membangun sekaligus hotel, lapangan golf dan lainnya. Apakah di Jakabaring tidak bisa? Saat ini masih ada tersisa lahan sekitar 130 hektare, dan ini sangat memadai," kata dia.

Untuk itu, tak heran sejumlah investor sudah menyatakan ketertarikan untuk menanamkan modalnya pada bisnis ajang olahraga tersebut, namun ada juga beberapa yang menarik diri. Alex menyatakan sejumlah strategi sedang dijalankan untuk menarik investor ini, salah satunya mendirikan Badan Usaha Milik Daerah PT Jakabaring Sport City.

Melalui perusahaan daerah ini diharapkan pengelolaan Kawasan Jakabaring Sport City menjadi lebih profesional karena telah berorientasi bisnis. Alex menegaskan bahwa menjadi tidak masalah jika ada investor menginginkan satu kawasan di Jakabaring untuk sekaligus membangun hotel, lapangan golf, wahana hiburan dan lainnya. Asalkan hitung-hitungannya jelas.

Keuntungan Tuan Rumah MotoGP dikelola oleh Dorna Sports sejak 1992, sebagai pemilik penuh semua hak komersial dan penyiaran ajang tersebut. Dalam setiap penyelenggaraan, Dorna rata-rata menerima US$ 6-10 juta dan umumnya setiap sirkuit menjalin kontrak dua hingga 15 tahun. Mereka juga mendapatkan pemasukan dari sponsor, merchandising, dan lain-lain.

Pihak penyelenggara (tuan rumah) harus membayar "event fee" tersebut dan sekaligus menyediakan sejumlah fasilitas kepada tim-tim maupun untuk kepentingan balapan itu sendiri, seperti aspek keamanan, safety car, medis, truk kontainer pengangkut logistik tim, dan sebagainya.

Ketua Ikatan Motor Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Augie Bunyamin mengatakan benefit yang bisa diambil dari hajatan MotoGP sangat besar dan memiliki dampak jangka menengah dan panjang. Menurut dia, ini menjadi kesempatan promosi dan branding pariwisata, mendatangkan calon investor, dan lain-lain yang sangat luar biasa.

Baca: Sepang Terpilih Jadi Grand Prix MotoGP Terbaik 2017

Ia tidak menyangkal bahwa biaya untuk penyelenggaraannya tidak kecil tapi jika dilihat dampak jangka panjangnya maka dipastikan akan "balik modal". Tentunya, untuk posisi balik modal itu membutuhkan waktu, biasanya penyelenggara menargetkan dua hingga tiga tahun.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan menjadi tuan rumah ajang skala internasional maka sejatinya promosi yang dilakukan setara dengan biaya pelaksanaan kegiatan tersebut.

Ketika Palembang dipercaya sebagai penyelenggara MotoGP maka sama halnya melakukan promosi dengan biaya Rp1 triliun. Hampir pasti, Palembang akan dikenal secara luas, kata Arif Yahya seusai meresmikan Poltek Pariwisata di Palembang. Hanya saja, manfaat itu tidak diperoleh secara langsung saat ajang MotoGP itu dilaksanakan. Manfaat baru dirasakan setelah ajang itu karena diperkirakan hampir 60 persen dari tamu negara akan kembali lagi ke Palembang sebagai wisatawan dengan membawa para kerabatnya.

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi