TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengklaim kontribusi industri manufaktur atau pengolahan terus mendominasi keseluruhan nilai ekspor Indonesia. Jika tren ini berlanjut, kata Airlangga, maka efek lanjutannya pada penerimaan devisa negara dan penyerapan tenaga kerja yang terus meningkat ke depannya.
Baca juga: Kemenperin: Revolusi Industri 4.0 Perlu Dua Hal Ini
“Hingga 2017, produk hilir dalam manufaktur mendominasi sebesar 78 persen, sisanya produk hulu sebesar 22 persen,” kata Airlangga dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu, 18 Agustus 2018. " Ini sejalan dengan upaya untuk mentransformasi ekonomi menuju negara yang berbasis industri."
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwa secara kumulatif, nilai ekspor tahunan Indonesia pada 2017 mencapai US$ 168,73 miliar atau setara Rp 2.429 triliun dengan kurs Rp 14.400 per dollar. Dengan demikian, sektor manufaktur telah menyumbang ekspor Indonesia hingga Rp 1.941 triliun.
Adapun secara akumulatif pada Januari hingga Juni 2018, pertumbuhan industri manufaktur telah mencapai US$ 63,01 miliar. Nilai ini lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu yaitu sekitar US$ 59,81 miliar atau tumbuh tipis sekitar 3,2 persen. "Untuk tahun ini, kontribusinya datang dari industri pakaian jadi, furnitur, hingga kayu, dan kertas,' ujarnya.
Airlangga menambahkan kinerja industri manufaktur pada triwulan II tahun ini juga masih meningkat. Berdasarkan data BPS, kata dia, pertumbuhan industri manufaktur tumbuh hingga 19,83 persen year on year (yoy). Sementara khusus untuk industri manufaktur non-migas, pertumbuhannya mencapai 4,41 persen yoy.
Sejumlah sektor industri tercatat menjadi penopang dari pertumbuhan industri pengolahan nonmigas di kuartal dua tahun ini. Pertama yaitu industri karet, barang dari karet dan plastik yang tumbuh sebesar 11,85 persen. Kemudian diikuti oleh industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki sebesar 11,38 persen.
Selanjutnya, pertumbuhan industri makanan dan minuman tembus 8,67 persen. "Kinerja dari sektor industri makanan dan minuman ini konsisten setiap tahun, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Airlangga Hartarto. Terakhir yaitu industri tekstil dan pakaian jadi mencapai 6,39 persen.