TEMPO Interaktif, Jakarta:BI akan menggunakan treasury bond seperti bank sentral di negara lain.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Anwar Nasution mengatakan, beban biaya yang harus ditanggung lembaganya dari penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai instrumen pengendalian moneter sangat berat. Beban ditanggung sendiri oleh BI, dalam pembukuan BI kelihatan besar sekali, katanya di gedung Departemen Keuangan Jakarta, Senin (11/8).
Menurut dia, BI merupakan satu-satunya bank sentral di dunia yang menerbitkan surat hutang sendiri sebagai alat pengendalian moneter. Bank sentral negara lain, kata dia, menggunakan treasury bond untuk melakukan operasi pasar. Secara perlahan, Pak Boediono (Menkeu) menggunakan treasury bond, ujar Anwar, Jadi tergantung sekali pada itu.
Ia mengungkapkan, beban biaya SBI menjadi penyebab sulitnya bank sentral memperoleh keuntungan. Selain itu, kesulitan juga datang dari masih buruknya kinerja BI. BI harus merubah kelakuannya supaya mendapatkan untung. BI bisa dapat untung juga kalau ekomoni makin bagus, katanya.
Saat ditanya kapan BI akan untung, ia hanya menjawab proses itu harus dilakukan secara hati-hati dan berlahan-lahan. Ia mengaku skenario itu sulit ditentukan karena rencana bisa saja berubah setiap harinya. Yang penting sekarang bagaimana bisa cepat mengatasi masalah kita yang memang bikinan kita sendiri, tambahnya.
BI dan pemerintah mencapai kesepakatan mengenai penyelesaian bantuan likuiditas BI (LBBI). Salah satu point kesepakatan yaitu jika rasio modal BI diatas 10 persen dari kewajiban moneter atau surflus maka kelebihannya akan digunakan pemerintah untuk membayar obligasi yang diterbitkan Departemen Keuangan sebagai pengganti BLBI senilai Rp 144, 5 triliun. Sebaliknya jika dibawah tiga persen pemerintah akan mengutarakan dana agar modal BI menjadi diatas tiga persen.
(SS Kurniawan-TNR)