
Ilustrasi produksi baterai lithium dengan kandungan nikel yang tinggi, terutama dalam industri kendaraan listrik. TEMPO/Subekti.
GOOTO.COM, Jakarta - Pemerintah Indonesia mendorong agar produsen kendaraan listrik di Indonesia beralih menggunakan baterai berbasis nikel, karena selama ini masih banyak yang menggunakan baterai lithium. Hal itu disampaikan oleh Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo.
"Pelan-pelan kami mendorong regulasi untuk pabrik-pabrik EV Indonesia sekarang, yang produsen mobilnya, supaya shifting juga dari lithium base ke nickel base," kata Kartika, dikutip dari situs berita Antara pada hari ini, Kamis, 7 Agustus 2025.
Kartika menuturkan bahwa BUMN saat ini sudah memiliki proyek baterai kendaraan listrik, seperti proyek kerja sama dengan CATL dan Huayou. BUMN juga mendorong penambahan porsi investasi di industri antara (midstream).
"Karena sekarang banyak pabrik yang beroperasi di Indonesia kan masih lithium base. Kami ingin support dari kementerian-kementerian lain agar ada insentif buat shifting ke nickel base baterai juga di Indonesia," ucapnya.
Dirinya menuturkan bahwa permintaan baterai secara global hingga tahun 2040 mencapai 8.800 gigawatt hour (GWh). Kartika menilai Indonesia bisa mengambil peranan itu dengan cara mengamankan suplai bahan baku, meningkatkan efisiensi rantai pasok, serta melakukan kerja sama dan kolaborasi strategis.
Pada 29 Juni 2025, Presiden Prabowo Subianto telah meresmikan proyek ekosistem industri baterai kendaraan listrik terintegrasi konsorsium ANTAM-IBC-CBL di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH), Karawang. Proyek dengan nilai investasi mencapai US$ 5,9 miliar ini potensi menyerap tenaga kerja hingga 8.000 orang serta pengembangan 18 proyek infrastruktur, termasa dermaga multifungsi.
Pilihan Editor: GIIAS 2025: Mengenal Teknologi Terkini di Nissan X-Trail e-Power