Mengurai Jurus Rahasia Marc Marquez
Reporter: Tempo.co
Editor: Tempo.co
Minggu, 12 Oktober 2014 14:45 WIB
Marc Marquez berselebrasi dengan trofi Juara Dunia MotoGP usai meraih posisi kedua di MotoGP Jepang di sirkuit Motegi, Jepang, 12 Oktober 2014. TOSHIFUMI KITAMURA/AFP/Getty Images
Iklan
Iklan

TEMPO.CO, Motegi - MotoGP 2014 masih menyisakan tiga seri lagi, namun gelar juara dunia telah disegel Marc Marquez. Pembalap berusia 21 tahun ini memastikan gelar tersebut setelah finis di urutan kedua dalam balapan seri ke-15 yang berlangsung di Sirkuit Motegi, Jepang, Ahad siang ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Marc Marquez mengakhiri balapan di belakang Jorge Lorenzo dengan selisih waktu 1,638 detik. Dengan hasil ini, Marquez berhak meraih 20 poin. Dengan demikian, total keseluruhan poinnya sepanjang musim ini menjadi 312. Sedangkan pesaing terberatnya, Valentino Rossi, baru mengoleksi 230 poin. (Baca: Finish Kedua di Motegi, Marquez Kembali Juara Dunia)

Dengan hanya tiga laga tersisa, mustahil Rossi bisa menyalip Marquez. Sebab, ia telah tertinggal 82 poin, sementara poin maksimal yang bisa diraihnya dalam tiga balapan tersisa hanya 75 poin. Bahkan jika Marquez finis di urutan buncit pun Rossi tetap tidak akan menyalip dia.

Ini akan menjadi gelar kedua yang diraih Marquez setelah pembalap muda itu meraih gelar perdana tahun lalu. Ini menjadi torehan prestasi fantastis mengingat usianya baru 21 tahun. Lantas, apa rahasia dia sehingga bisa mengasapi Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo yang lebih senior?

Menikung tanpa Engine Break

Biasanya, pembalap akan menurunkan persneling sebelum melibas tikungan untuk mendapatkan efek engine break–pengereman dengan memanfaatkan kekuatan mesin.

“Dia selalu menikung dengan persneling tinggi,” kata Valentino Rossi, yang telah meraih gelar juara dunia MotoGP tujuh kali.  “Gaya balapannya sungguh aneh.”

Rossi tahu persis gaya balapan Marquez yang nyeleneh itu bukan untuk gaya-gayaan. Teknik menikung dengan persneling tinggi membuat motor Marquez meluncur lebih cepat karena tak terjadi efek engine break.

Dengan tehnik ini, putaran mesin tetap terjaga, sehingga Marquez bisa lebih cepat membetot gas setelah melibas tikungan–karena tak harus mengoper gigi lagi.

Namun teknik ini bukan tanpa risiko. Sebab, sedikit saja oleng, Marquez bisa terseret bersama motornya ke luar lintasan. Ini sering terjadi di tikungan bersudut tajam.

Jurus Sikut Menempel Aspal

Kebanyakan pembalap akan menekuk motornya hingga mencapai sudut kemiringan 63-64 derajat saat berbelok. Namun Marquez merebahkan motornya jauh lebih miring, sehingga sikunya kerap menempel di aspal.

Dengan tingkat kemiringan yang ekstrem, bahkan hingga sikunya menyentuh aspal, Marquez bisa menciptakan sudut yang lebih sempit saat berbelok.

Jurus siku di atas aspal itu pun bukan tanpa risiko. Sebab, melintas dengan kecepatan tinggi dengan kemiringan ekstrem bisa berakibat fatal: terseret motor hingga ke luar lintasan. Teknik ini pernah membuat Marquez terjatuh hingga sepuluh kali.

Jurus melibas tikungan dengan siku menempel di aspal sejatinya bukan gaya baru. Pembalap asal Amerika Serikat, Kevin Schwantz, pernah melakukannya pada era 1990-an.

“Saya masih ingat saat pertama kali melakukannya. Itu sangat mengerikan,” kata Schwantz. “Tapi dia (Marquez) lebih gila daripada saya.”

Nekat

Selain faktor mesin motor dan keterampilan, faktor lain yang sangat dominan pada Marc Marquez adalah kenekatannya. Hal ini diakui langsung oleh Jorge Lorenzo.

"Perbedaan antara Stoner dan Marquez adalah Marc tidak pernah menyerah,” kata Lorenzo. “Saya selalu waswas setiap kali berada di depan dia.”

Marquez bisa tanpa ragu menyalip meski celah sangat sempit. Hal ini pernah diprotes Daniel Pedrosa saat keduanya berduel di Aragon, 4 Oktober 2013.

Saat itu Marquez menyenggol motor Pedrosa, sehingga kontrol traksi motor Pedrosa rusak. Marquez juga pernah menggoyang motor Lorenzo di Phillip Island. "Dia sangat agresif," kata Lorenzo ketika itu.

Kenekatan Marc Marquez ini mirip dengan Marco Simoncelli, pembalap asal Italia yang meninggal setelah jatuh di Sirkuit Sepang, 23 Oktober 2011.

Namun, Bleach Report menulis, di balik kenekatannya, Marquez punya perhitungan matang ala Stoner. Ia adalah gabungan antara Simoncelli dan Stoner. Tak heran kalau Rossi pun mengangkat jempol untuknya.

MOTOGP | CYCLE WORLD | MOTORSPORT MAGAZINE | DWI AGUSTIAR

Berita lainJadwal dan Siaran Bola Akhir Minggu Ini  Hasil Kualifikasi Piala Eropa 2016 Sabtu DinihariBelgia Gunduli Andorra 6-0  Ungguli Azerbaijan, Conte Soroti Kelemahan Italia  

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi