Sedan Timor Masih Digemari di Daerah, Suku Cadang Mudah Didapat
Reporter: Edi Faisol (Kontributor)
Editor: Wawan Priyanto
Kamis, 5 April 2018 22:19 WIB
Mobil Timor. TEMPO/Rully Kesuma
Iklan
Iklan

GOOTO.COM, Semarang - Mobil Timor sempat populer di era 90an akhir. Mobil ini diplot sebagai mobil nasional ketika itu dan identik dengan pengusaha Tommy Soeharto. Mobil yang sudah tergolong tua itu kini masih ikut meramaikan kemacetan jalan raya di sejumlah daerah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mobil produksi Korea Selatan yang konon 20 persen suku cadangnya dari dalam negeri itu menjadi pelopor mobil murah di eranya, sebelum akhirnya tutup di pada 21 Januari 1998 atau empat bulan sebelum Soeharto lengser pada 21 Mei 1998.

Deretan mobil Timor di pabrik perakitan mobil, Cikampek, Jawa Barat. Dok.TEMPO/Robin Ong

Catatan Tempo menunjukan tutupnya pelopor pabrik mobil nasional tak lepas dari badan penyelesaian sengketa  Dispute Settlement Body di bawah  WTO yang memutuskan program Mobnas melanggar asas perdagangan bebas dunia.

Baca: Toyota C-HR Dipastikan Meluncur 10 April 2018

Meski sudah tak lagi diproduksi, mobil ini masih diburu penggemarnya. Mereka tergabung dalam klub mobil jadul yang bangga dengan branding mobil nasional.

Ketua Semarang Timor Club (STICK) Nanang Tirta Kusumardana menyebutkan masih banyak penggemar Timor karena mobil yang hadir rata-rata 20 tahun silam itu punya keistimewaan tersendiri.

Deretan mobil Timor di pabrik perakitan mobil, Cikampek, Jawa Barat. Dok.TEMPO/Robin Ong

“Salah satunya untuk mendapatkan sedan yang  fiturnya tidak kalah dengan sedan lain, pengguna Timor tidak perlu merogoh kocek yang dalam,” kata Nanang, kepada Tempo, di Semarang, belum lama ini.

Ia menyebutkan sedan Timor tidak punya harga pasti di pasaran. “Harga relatif murah, mulai dari Rp 25 juta hingga Rp 75 juta tergantung kondisinya,” kata Nanang menambahkan.

Baca: Kejar Xpander, Suzuki Ertiga World Premiere di Indonesia

Alasan lain pengguna timor masih menjamur karena keistimewaan komponennya masih banyak yang dijual secara online, walaupun pabrikan sudah tidak memproduksi lagi. Harga onderdilnya juga murah dibanding sedan sekelas lainnya.

Menariknya, lanjut dia, komponen suku cadang dapat diadopsi (kanibal) mobil lain karena teknologi Timor berkiblat ke Madza, terutama Mazda Astina yang mesinmya hampir sama.  "Terutama Timor jenis DOHC yang sudah berteknologi Injection sehingga dikenal jago lari dan lebih irit bahan bakar," ujarnya.

Pabrik perakitan mobil Timor di Cikampek, Jawa Barat, 18 Januari 2002. Dok.TEMPO/Rendra

Masih menurut Nanang, faktor lain yang membuat orang mempertahankan mobil itu karena interior Timor tak kalah cakep,  sudah power window, power stearing, kaca spion bisa digerakan naik-turun, keluar dan ke dalam. Untuk bodi juga tidak kalah atau pun minder dengan mobil lain yang  jauh lebih muda. "Selintas Timor mirip MitsubisHi Evo 3 itu masih disukai kaum muda," katanya.

Nanang menjelaskan bahwa mobil Timor memiliki beberapa kriteria dengan seri dan varian kelas, di antaranya Timor Limosin yang hanya ada satu unit di Indonesia, Timor Wagon jumlahnya hanya 35 unit,  yang paling banyak jenis sedan Timor SOCH karburator dan jenis DOHC yang sudah berteknologi Injection.

Sejumlah alasan itu menjadikan pemilik  mobil Timor sebagian besar masih mempertahankan, bahkan tergabung dalam sejumlah club, seperti STICK sebagai salah club Timor tertua se-Indonesia yang lahir 9 Juni 2002. Club itu juga dilengkapi AD/ART yang sudah dilegalkan.

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi