Mengenal Tiga Teknik Menambal Ban, Anda Pilih yang Mana?
Reporter: Wira Utama
Editor: Wawan Priyanto
Senin, 24 Februari 2020 19:15 WIB
Ilustrasi ban bocor. Januari 2018. TEMPO/Wawan Priyanto
Iklan
Iklan

GOOTO.COM, Jakarta

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Secanggih apapun teknologi ban kendaraan yang Anda miliki, tetap berpotensi bocor. Kalau tidak sobek atau rusak. Jika sudah terjadi, mau tidak mau atau suka tidak suka, harus ditambal.

Management Trainee PT Sumi Rubber Indonesia, Bambang Hermanuhadi menjelaskan seputar kondisi tersebut. Kata dia, ada tiga jenis atau teknik menambal ban yang umumnya dipakai di Indonesia. Pertama, Patch-Plug, kedua, Tire Patch, dan ketiga model string tubeless atau tambal 'cacing'.

"Paling bagus itu Plug-Patch. Kalau model tip-top (Patch Tire) aja, masih kurang karena cuman ditempel. Kalau Plug-Patch, ada jarum kayak payung yang bisa menutup dari dalam dan luar ban," ujarnya di sela-sela acara perkenalan Ban Dunlop SP Sport LM705 di Cikarang, Kamis, 20 Februari 2020.

Kalau cuma model tambal cacing, kata Bambang, memang paling praktis dan murah. Namun, model itu tidak direkomendasikan karena menyangkut kualitas tambalan yang tidak bagus. Di mana bisa mempengaruhi kinerja ban.

"Masalahnya itu ada potensi masuknya uap air yang merembes ke kawat ban. Kalau udah bolong, kawatnya terbuka itu bisa berkarat. Kalau udah berkarat, ban bergelombang dan gak enak dipake," ujanrnya.

Selain itu, Bambang juga tidak merekomendasikan proses penambalan ban, apabila kasusnya terdapat kebocoran yang lukanya lebih dari 12 mm. Pertama itu besar luka (bocor), kata dia, kalau lukanya lebih dari 12 mm percuma saja ditambal, apalagi pakai model string (cacing).

"Satu string itu, paling 6 mm. Nah kalau lukannya 12 mm, tambalan butuh 2-3 string dan itu sangat rentan sekali copot. Jadi kalau besar lubangnya lebih 10 mm, gak usah ditambal, mending ganti baru," ucapnya.

Tak hanya itu, kondisi titik bocor yang berdekatan juga perlu diperhatikan. Jarak antar titik bocor satu dengan yang lain tak boleh kurang dari 40 cm.

"Jurang dari 40 cm, dikhawatirkan melebar, menjalar, dan bersatu dengan lubang lainnya," ucapnya.

Adapun hal yang tak kalah penting menyoal dunia ban, kata Bambang, adalah sensitifnya area sidewall pada sebuah ban. Sidewall atau dinding ban perlu dihaga dengan baik dan hati-hati. Bahkan Bambang dengan tegas menyatakan, ban perlu diganti jika terdapat sobek atau goresan pada bagian tersebut.

"Kalau untuk disidewall, semua harus diganti, segala jenis luka harus luka, gak ada perbaikan. Yang boleh perbaikan cuma telapak ban, kalau bagian dinding, percuma saja karena ini bagian itu main terus. Biar ditambal bagaimanapun," ujarnya.

"Kalau benangnya belum keliatan, it's oke masih aman dipakai. Tapi kalau sudah keliatan warna coklat, mau tidak mau harus diganti. Meledak tinggal soal waktu."

Nah, jadi jangan salah pilih teknik menambal ban jika ingin tenang di jalan. 

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi