Punya Cadangan Baterai, RI: Siap Jadi Produsen Kendaraan Listrik
Reporter: Antara
Editor: Jobpie Sugiharto
Minggu, 26 Juli 2020 20:25 WIB
Bubuk Kromat kobalt hasil ekstrasi baterai di sebuah pabrik penambangan perkotaan di Gunsan, Korea Selatan, 2 April 2018. SungEel HiTech dapat memproses sekitar 8.000 ton per tahun baterai lithium-ion dan dapat menghasilkan sekitar 830 ton lithium fosfat, 1.000 ton setara kobalt logam dan 600 ton nikel. REUTERS/Kim Hong-Ji
Iklan
Iklan

GOOTO.COM, Jakarta - Pemerintah Indonesia menyatakan siap menjadi produsen kendaraan listrik meski tetap harus bekerjasama dengan negara lain yang memiliki teknologi lebih maju.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penasihat Khusus Bidang Kebijakan Inovasi dan Daya Saing Industri Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi Satryo Soemantri Brodjonegoro mengatakan Indonesia memiliki banyak cadangan bahan baku baterai lithium sebagai komponen utama kendaraan listrik.

Bahan baku tersebut berupa nikel dan kobalt, bahkan Indonesia memiliki cadangan terbesar di dunia. 

"Kita tentunya tidak ingin menjadi importir kendaraan terus-menerus, tapi harus bisa memproduksi kendaraan listrik. Dari sisi teknologi sebenarnya Indonesia sudah bisa menguasai," ujar Satryo Soemantri Brodjonegoro saat dihubungi Antara di Jakarta hari ini, Minggu, 27 Juli 2020.

Komitmen Indonesia untuk menjadi produsen kendaraan listrik dituangkan dalam Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan.

Perpres ini menandakan kebangkitan Indonesia untuk menjadi produsen kendaraan listrik.

Dia menjelaskan bahwa Pemerintah juga mendorong swasta pengimpor kendaraan listrik agar segera membangun pabrik kendaraan listrik di Indonesia dengan menggandeng prinsipal dari luar negeri.

Menurut Satryo, untuk tahap pertama Indonesia akan mencoba mengembangkan dua hal.

Pertama, mengembangkan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai. Kedua, mengembangkan baterai lithium sebagai komponen penggerak utama dari kendaraan listrik.

"Harus berjalan paralel. Pengembangan kendaraan dan baterai, jalan bersama," katanya.

Satryo menjelaskan pengembangan industri baterai kendaraan listrik ini perlu segera diwujudkan, karena sesungguhnya Indonesia memiliki cadangan bahan baku nikel dan kobalt yang sangat besar, bahkan terbesar di dunia.

"Karena itu, kita tawarkan ke negara yang sudah lebih maju di bidang industri ini untuk bekerja sama. Pemerintah telah membentuk tim untuk menyiapkan pengembangan industri baterai lithium," katanya.

Secara paralel, Indonesia juga mengundang investor asing untuk membangun pabrik kendaraan listrik di dalam negeri.

“Sudah ada beberapa yang berminat untuk berinvestasi. Kita tentunya ingin bukan hanya membeli kendaraan listrik saja tapi juga bisa mendapatkan manfaat transfer teknologi sehingga dalam jangka panjang Indonesia bisa menjadi produsen kendaraan listrik," katanya.

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi