
Redaksi Tempo berkesempatan test drive mobil LCGC All New Agya pada Senin, 13 Maret 2023, di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta. FOTO: TEMPO/Rafif Rahedian
GOOTO.COM, Jakarta - Pemerintah dinilai perlu mempercepat pembangunan infrastruktur kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) dan mempertimbangkan insentif untuk segmen mobil murah ramah lingkungan (LCGC).
Usulan itu disampaikan langsung oleh Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung, Yannes Martinus Pasaribu. Dirinya menjelaskan bahwa Pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) bisa mempercepat peralihan ke elektrifikasi.
“Kalau memang ingin mendorong industri otomotif, untuk BEV, pemerintah sebaiknya fokus mempercepat pembangunan SPKLU, memperluas kawasan khusus BEV seperti yang dilakukan di Jakarta untuk beberapa kota tier-1 lainnya terutama di pulau Jawa guna mengatasi range anxiety,” kata Yannes, dikutip dari Antara.
Lebih lanjut ia menanggapi pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 yang mencatat kenaikan pengunjung hingga 485.569 orang. Namun hal ini tidak berbanding lurus dengan transaksi pembelian kendaraan yang justru diprediksi menurun.
“Penurunan transaksi pembelian kendaraan kemungkinan besar disebabkan oleh melemahnya daya beli kelas menengah kita akibat kenaikan harga mobil kisaran Rp 150-400 juta sebesar rata-rata 7 persen per tahun yang tidak selaras dengan pertumbuhan pendapatan riil hanya 4-5 persen,” jelas dia.
Yannes mengatakan bahwa kelas menengah memegang peranan vital dalam industri otomotif karena merupakan kelompok konsumen terbesar dan paling aktif dalam membeli kendaraan. Mereka menjadi target utama produsen dan perusahaan pembiayaan karena cenderung membeli mobil secara cicilan serta rutin mengganti kendaraan setiap beberapa tahun.
Ketergantungan mereka pada kredit membuat kelas ini sangat sensitif terhadap fluktuasi suku bunga dan inflasi, sehingga penurunan daya beli atau tekanan ekonomi langsung berdampak pada penjualan mobil nasional.
Maka dari itu, menurut Yannes, insentif LCGC menjadi penting. LCGC masih menjadi penyumbang terbesar penjualan mobil di Indonesia, ia menilai perlunya insentif terbatas khusus untuk segmen ini hingga akhir 2025.
“Mengingat LCGC ICE menjadi penyumbang terbesar penjualan mobil, pemerintah perlu mempertimbangkan pemberian insentif terbatas khusus untuk mobil LCGC hingga akhir tahun 2025 sambil terus mengevaluasi respons pasar,” kata Yannes.
Diketahui, pasar mobil murah ramah lingkungan, atau biasa dikenal dengan Low Cost Green Car (LCGC), masih menunjukkan tren penurunan pada paruh pertama 2025.
Pilihan Editor: DFSK dan Seres Catat 565 SPK di GIIAS 2025, Ini Model Terlarisnya