
Toyota Veloz catatkan ekspor kendaraan CBU hingga 70.000 unit. (Foto: Toyota)
GOOTO.COM, Jakarta - Peta kekuatan pasar otomotif Asia Tenggara mengalami perubahan signifikan pada kuartal II tahun 2025. Malaysia berhasil merebut posisi puncak dari Indonesia sebagai pasar mobil terbesar di ASEAN.
Menurut laporan Nikkei Asia, penjualan mobil di Malaysia pada periode April hingga Juni 2025 hanya mengalami penurunan tipis sebesar 1 persen dibanding tahun sebelumnya, mencapai 183.366 unit. Sebaliknya, pasar Indonesia justru mencatat penurunan lebih dalam, yaitu 12 persen, dengan total penjualan hanya 169.578 unit di periode yang sama.
Kondisi ini cukup mencengangkan, mengingat jumlah penduduk Malaysia hanya sekitar 34 juta jiwa, jauh di bawah Indonesia yang memiliki populasi lebih dari 280 juta orang. Namun, performa kuat industri otomotif nasional Malaysia berhasil menutup gap tersebut.
Dua produsen mobil lokal, Perodua dan Proton, memainkan peran kunci dalam dominasi pasar domestik Malaysia. Bersama-sama, mereka menyumbang 63 persen dari total penjualan kendaraan di paruh pertama 2025. Model-model populer seperti Perodua Alza dan Proton Saga menjadi pilihan utama konsumen.
Kesuksesan ini tidak lepas dari kolaborasi strategis dengan produsen global. Perodua mendapat dukungan teknologi dari Daihatsu, sementara Proton didukung oleh Geely, perusahaan asal Cina yang kini memiliki hampir setengah saham Proton.
Selain kuatnya merek lokal, pertumbuhan pasar kendaraan listrik (EV) dan hybrid di Malaysia turut menjadi katalis penting. Selama semester I/2025, penjualan EV naik 91 persen secara tahunan menjadi 12.733 unit, sementara mobil hybrid meningkat 12 persen menjadi 17.480 unit.
Pemerintah Malaysia juga memainkan peran aktif dalam melindungi dan mendorong industri otomotif lokal melalui insentif dan kebijakan fiskal yang berpihak pada pemain dalam negeri. Kebijakan ini membantu menciptakan ekosistem otomotif yang lebih berdaya saing dan berorientasi ke masa depan.
Berbanding terbalik dengan Malaysia, pasar mobil di Indonesia justru menghadapi tekanan hebat. Pada Juni 2025 saja, penjualan mobil anjlok hingga 22,6 persen menjadi hanya 57.760 unit, penurunan bulanan terdalam terjadi sejak Maret 2024.
Faktor utama yang menyebabkan kontraksi ini mencakup pelemahan daya beli masyarakat, pengetatan akses kredit konsumen, serta perlambatan ekonomi nasional. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa porsi kelas menengah Indonesia mengalami penurunan signifikan dari 21,4 persen pada 2019 menjadi hanya 17,1 persen di 2024.
Situasi ini memukul permintaan kendaraan, mengingat konsumen kelas menengah adalah tulang punggung pasar otomotif di tanah air. Sementara Indonesia melambat, negara ASEAN lain justru menunjukkan tren positif.
Thailand, yang menempati posisi ketiga di kawasan, mencatat pertumbuhan penjualan sebesar 3,6 persen menjadi 149.501 unit. Sedangkan Vietnam mengalami lonjakan penjualan sebesar 18 persen dengan total 90.772 unit.
Pilihan Editor: DFSK dan Seres Catat 565 SPK di GIIAS 2025, Ini Model Terlarisnya