Meski Penjualan Turun, Isuzu Tetap Pertahankan Panther
Reporter: Tempo.co
Editor: Tempo.co
Selasa, 23 Februari 2010 13:38 WIB
isuzu panther
Iklan
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Meski kinerja penjualan Isuzu Panther terus melorot dalam dua tahun terakhir, namun PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) selaku Agen Tunggal Pemegang Merek Isuzu tidak akan menghentikan penjualan varian Multi Purpose Vehicle (MPV) Isuzu tersebut. Sebaliknya, PT IAMI justeru akan terus memproduksi dan memasarkannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“PT IAMI tidak akan menghentikan penjualan kendaraan commercial passenger. Kami akan tetap terus memproduksi dan menjual Isuzu Panther,” tandas Supranoto, Chief Executive Officer PT Astra International Tbk, Isuzu Sales Operation dalam surat elektroniknya kepada Tempo, Selasa (23/2).

Pernyataan Supranoto ini sekaligus menjadi jawaban atas isu yang berkembang di beberapa kalangan yang menyebut PT IAMI akan menghentikan penjualan Isuzu Panther dan akan fokus ke kendaraan komersial. Langkah itu akan diambil IAMI karena terus menurunnya penjualan varian MPV itu dalam beberapa tahun terakhir. “Isu itu sama sekali tidak benar,” tegas Supranoto.

Malah, sebut Supranoto, saat ini ATPM itu tengah mempersiapkan serangkaian strategi untuk menggenjot penjualan MPV yang menggunakan tagline ‘Pakai Panther Pinter’ tersebut. “Tentu saja kami memiliki strategi guna menghadapi situasi ini, akan tetapi belum dapat kami disclose saat ini,” jelas dia.

Seperti diketahui, data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) menyebutkan pada 2007 penjualan Isuzu Panther tercatat 11.615 unit. Tahun berikutnya, penjualan melorot menjadi 9.367 unit. Penurunan terjadi lagi pada 2009, saat itu Panther tercatat hanya terjual 4.443 unit.

Sementara sepanjang Januari lalu, Gaikindo mencatat penjualan model Panther 460 unit. Penjualan itu meliputi tipe LM 2.5 manual 90 unit, LV 2.5 manual 75 unit, LS 2.5 manual 120 unit dan tipe Touring 175 unit. Sedangkan target penjualan bulanan PT IAMI sepanjang 2010 ini seperti yang diakui Supranoto, dalah 500 unit.

Ihwal tren penurunan tersebut Supranoto mengaku, itu semua tidak terlepas dari imbas krisis keuangan global yang mengakibatkan penurunan daya beli konsumen selain semakin banyaknya pemain di segmen MPV.

“Daya beli konsumen yang menurun akibat krisis keuangan global membuat pasar kendaraan di rentang harga Rp 100–Rp 150 juta mengalami peningkatan yang cukup signifikan,” terangnya.

Namun, Supranoto menyebut hingga saat ini Isuzu masih menjadi pilihan konsumen. “Dengan kelebihan irit BBM (bahan bakar minyak) dan hemat biaya perawatan, saat ini Isuzu Panther menjadi pilihan konsumen corporate,” akunya.

Sementara itu pengamat otomotif Erwin Subarkah menyebut saat ini sudah saatnya Isuzu membuat terobosan besar untuk Panther untuk mengubah citra merek MPV ini. Pasalnya, sejak pertama kali diluncurkan 1991, Panther sejatinya telah mendapatkan tempat di hati konsumen karena kehandalan mesin dan irit bahan bakar.

“Saat itu dengan harga solar yang terpaut jauh dengan bensin dan iklan ‘dengan Rp 44 ribu sudah pulang pergi Jakarta-Bali’ begitu mengena, Apalagi setelah Jakarta terkena banjir besar, ternyata kendaraan ini juga bandel menerjang genangan air. Semakin memperkuat image Panther yang bandel, irit, dan untuk segala medan ,” tutur Erwin kepada Tempo.Namun sayang, sebut Erwin, setelah harga solar dan bensin tak terpaut terlampau jauh atau bahkan sangat tipis selisihnya, orang mulai berpikir untuk beralih ke MPV bensin. Pasalnya, orang beranggapan kendaraan disel masih identik dengan getaran mesin yang kencang.

“Dan noisy (berisik) sehingga jarak jauh kurang nyaman. Apalagi pada saat yang bersamaan banyak low MPV bensin dengan kisaran Rp 100–Rp 150 juta, tingkat iritnya juga bersaing begitu pun dengan peratawannya,” terang Erwin.

Lantaran itulah, Erwin menyarankan bila tak ingin Panther tergilas persaingan, sudah saatnya principal Isuzu melakukan perubahan yang cukup signifikan di mesin. “Dan harus ada repositioning,” tambah dia.

ARIF ARIANTO

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi