Mark Webber Bosan Menunggu Gelar
Reporter: Tempo.co
Editor: Tempo.co
Minggu, 26 September 2010 06:32 WIB
Pembalap F1 Sebastian Vettel (kiri) memenangkan "British Formula One Grand Prix" di sirkuit Silverstone, Inggris, (21/06). Foto: AP Photo/Luca Bruno
Iklan
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Sirkuit masih bersisa lima dari 19 perlombaan dan Mark Webber masih di puncak klasemen Formula 1 musim ini. Pada usianya yang ke-34 tahun--lahir pada 27 Agustus--pria dari Queanbeyan, Australia, ini menyongsong gelar juara dunia pertamanya. Tentu saja dia harus melewati kejaran empat pembalap lain yang lebih muda dan punya prestasi lebih moncer: Lewis Hamilton, Fernando Alonso, Jenson Button, dan Sebastian Vettel.

"Musim ini bakal sampai di Abu Dhabi (sirkuit terakhir, November nanti), ini hebat," kata bos tim McLaren, Martin Whitmarsh. "Saya berharap setiap orang menyadari bahwa musim ini bisa menjadi musim terketat dalam sejarah Formula 1."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagaimana tidak, poin yang dimiliki Webber dengan pembalap peringkat kelima, Vettel, cuma berselisih 24 angka. Adapun Webber dengan Hamilton, peringkat kedua, hanya berjarak 4 poin. Para penggemar angkatan muda mungkin berharap Hamilton atau Vettel menjadi juara. Tapi sebagian penikmat fanatik bisa saja berdoa untuk kemenangan Webber pada akhir musim. Setelah mengalami masa sulit, Webber layak mendapatkannya.

Dari kelima kandidat peraih trofi tertinggi, hanya Webber dan Vettel yang belum pernah menjadi juara dunia. Hamilton sudah pernah mendapatkannya pada 2008. Begitu pula dengan Alonso (2005, 2006) dan Button (2009).

Bila dibandingkan, catatan karier Webber kalah mengesankan ketimbang Vettel, rekan setimnya di Red Bull Racing. Pada Grand Prix Turki 2006, Vettel tercatat sebagai pembalap tes termuda sepanjang sejarah, usianya baru 19 tahun, 53 hari. Pada Grand Prix Italia 2008, pembalap Jerman ini bahkan mencatatkan rekor yang lebih mengesankan: menjadi pembalap termuda sepanjang sejarah yang memenangi lomba pada usia 21 tahun, 73 hari.

Webber? Dia juga memiliki rekor, tapi rekor yang unik, kalau tidak bisa dibilang memalukan. Saat memenangi Grand Prix Jerman 2009, Webber tercatat sebagai pembalap dengan jumlah balapan terbanyak sebelum menjadi juara: melahap 130 sirkuit. Artinya, jarak waktu yang dia butuhkan untuk berdiri di puncak podium lebih lama dari siapa pun. Rubens Barrichello mengekornya, yaitu menjadi juara pada balapannya yang ke-123.

Pada 2006, Webber sempat frustrasi dan ingin pensiun. Saat itu dia tergabung dalam tim Williams. Dia merasa tak memiliki kemajuan karena tak mendapat dukungan mobil yang kompetitif. "Saya sama sekali tak nyaman," kata lelaki yang kini tinggal di Aston Clinton, Buckinghamshire, Inggris, itu. "Saya kehilangan motivasi selama enam bulan. Untungnya saya mengurungkan niat mundur."

Bergabung dengan Red Bull sejak 2007, performanya membaik. Dari semula peringkat ke-14 musim 2006 bersama Williams, sedikit demi sedikit posisinya naik ke peringkat ke-12, ke-11, dan musim lalu berada di posisi keempat. Musim ini menjadi puncak prestasinya sejak menerjuni lomba jet darat pada 2002.

Saat memenangi Grand Prix Jerman musim lalu, Webber menjadi pahlawan Australia. Dia menjadi orang pertama asal Negeri Kanguru yang menjuarai satu sirkuit setelah kemenangan Alan Jones di Caesars Palace pada 1981. "Mark melewati jalan yang sulit karena bergabung dengan tim-tim yang tidak kompetitif sebelumnya," kata Jones. "Saya selalu berdoa untuknya dari waktu ke waktu."

Musim ini menjadi lebih mudah bagi Webber. Dia meraih tiga kali juara (di Spanyol, Monako, Jerman, dan Hungaria) serta tiga kali naik podium di sirkuit yang lain."Sebelumnya saya merasa sebagai pembalap nomor dua (di Racing Bull, setelah Vettel)," ujarnya. "Sekarang saya merasa sebagai pembalap pertama."

Webber sudah akrab dengan dunia otomotif sejak orok. Dia lahir dari keluarga pemilik dealer sepeda motor di Queanbeyan, Australia. Saat muda, Webber ingin menekuni rugbi. Dia sempat menjadi anak gawang bagi tim rugbi Canberra Raiders pada awal 1980-an dan akhir 1980-an. Sekarang pun Webber masih intens mengikuti perkembangan tim rugbi kesayangannya itu.

Setelah menekuni balap mobil di kelas yang lebih rendah, sejak 2002 dia bergabung dengan tim Minardi untuk kelas tertinggi, Formula 1. Kariernya pada musim pertama terbilang bagus, sempat berada di peringkat kelima saat berlomba di depan penggemarnya di Melbourne.

Semusim bersama Minardi, Webber pindah ke Jaguar dan Williams, masing-masing untuk kurun dua musim. Dia terus berlomba seperti tak memikirkan kapan kemenangan datang. Barulah setelah merasa frustrasi dan ingin mengakhiri karier, tawaran dari Red Bull membuat hidupnya kembali cerah.

Nanti malam, kesabaran Webber diuji pada sirkuit malam di Singapura. Lomba ini sangat penting karena bisa menentukan takdir pada akhir musim. Bila gagal lagi musim ini, setidaknya Webber tetap tercatat dalam sejarah Formula 1. BERBAGAI SUMBER | ANDY MARHAENDRA

Pembalap dengan lomba terlama sebelum menjadi juara: No. Lomba Nama Asal Sirkuit 1. 130 Mark Webber Australia German, 2009 2. 123 Rubens Barrichello Brasil Jerman, 2000 3. 119 Jarno Trulli Italia Monaco, 2004 4. 113 Jenson Button Inggris Hungaria, 2006 5. 110 Giancarlo Fisichella Italia Brasil, 2004 6. 96 Mika Hakkinen Finlandia Eropa, 1997 7. 95 Thierry Boutsen Belgia Kanada, 1989 8. 91 Jean Alesi Prancis Kanada, 1995 9. 82 Eddie Irvine Inggris Australia, 1999 10. 72 Nigel Mansell Inggris Eropa, 1985

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi