Nissan March: Kecil-Kecil Garang  
Reporter: Tempo.co
Editor: Tempo.co
Senin, 22 November 2010 00:04 WIB
Nissan March. (Arif Arianto/TEMPO)
Iklan
Iklan

TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Seorang teman mewanti-wanti saya agar bersiap mengambil cuti untuk pemulihan stamina saat dia mengetahui rencana saya untuk ikut tes drive model terbaru Nissan, Nissan March, dari Jakarta ke Yogyakarta. Sederet alasan pun ia beberkan. Peranti suspensi-lah, handling-lah, mesin yang kecil-lah, yang bakal jadi persoalan yang harus saya hadapi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Mesin kecil, bodi kecil, dan belum jelas seperti apa suspensinya? Siap-siap saja ambil cuti," tandas dia.

Selama ini memang jamak anggapan orang yang mengatakan jika mobil bermesin kecil tak nyaman untuk perjalanan ke luar kota. Selain bising karena raungan mesin, tarik tenaganya pun kerap dinilai payah. Lebih-lebih bila peranti suspensinya tak mendukung untuk perjalanan jauh.

"Rasanya seperti dimasukkan dalam kaleng drum, lalu dikocok-kocok," kata teman itu bercanda.

Waduh, bener nggak sih? Maklum, March yang bakal saya jajal bermesin 1.200 cc tiga silinder. Beberapa jam sebelum tes dilakukan, 4 November lalu, saya masih sempat merentas dunia maya untuk mencari informasi March -- di negara lain disebut Micra -- ternyata secara teknis tak ada perbedaan.

Waktu mencoba pun tiba. Saya dan dua orang jurnalis lain langsung masuk ke dalam mobil dan bersiap menggebernya. Tampilan interior March bertransmisi otomatis itu memang tidak terlalu istimewa, tapi lebih dari cukup untuk sebuah city car.

Sebelum berangkat, panitia mengatakan akan ada lomba irit-iritan bahan bakar. Kami bertiga tak ambil pusing. "Yang penting kita nyaman dan aman, sekaligus bisa menikmati mobil ini," kata saya yang diamini dua teman itu.

Ketika tuas transmisi saya pindah ke posisi Drive dan pelan-pelan gas saya injak lebih dalam. Tenaga pun menyembur membawa mobil menuju jalan tol Jakarta - Cikampek. Saat itulah, kekhawatiran saya soal tenaga mesin yang boyok luruh.

Saya intip speedometer, ternyata kecepatan berada di 100 kilometer per jam lebih sedikit. Sementara putaran mesin masih berada di antara 2.500-3.500 rpm.

Melihat saya terkesima, salah seorang teman berkomentar "Gila, di kecepatan sebesar ini tak terasa ada raungan mesin. Getaran juga minim bro," ujar dia.

Hingga tempat pemberhentian pertama di Pamanukan, Jawa Barat, saya merasakan kinerja mesin mulus, handling mudah, minim getaran, dan kebisingan cukup rendah. Kesimpulan pertama, itu lantaran jalanan yang relatif mulus dan datar.

Etape kedua, Pamanukan-Cirebon, saya memilih duduk di bangku depan samping pengemudi. Ketika mobil mulai digeber, saya masih merasakan kondisi seperti saat saya menyetir. Performa mesin masih garang, tanpa getaran atau guncangan, dan minim kebisingan.

Melewati Ajibarang, Bayumas, kami bertemu kemacetan akut. Satu ruas di sebelah kiri juga dimakan kendaraan dari arah berlawanan. Walhasil, arus lalu lintas nyaris tak bergerak. Speedometer menunjuk angka hanya 5 kilometer per jam. 

Di tengah rasa kesal yang membuhul, tiba-tiba sepenggal petuah muncul berkelebat di benak saya. "Kondisi jalanan seperti ini bukannya justru bisa untuk membuktikan performa dan kenyamanan mobil ini?"

Sayapun bertanya ke teman yang menyetir apakah tidak pegal? "Nggak masalah tuh. Apalagi inikan matik (transmisi otomatis," kata dia. Si teman juga mengatakan mobil ini ternyata mampu menjaga rentang daya yang dimiliki meski gigi dalam posisi dua atau tiga. Cocok untuk jalanan kota yang bersifat stop and go

Toh, posisi sebagai mobil kota dan bermesin kecil, March membuktikan diri memiliki ketangguhan melibas jalanan di luar kota aka perjalanan jauh.

Subyektif? Mungkin. Namun kala melaju di melewati Brebes, Tegal, Gombong, Kebumen dan Ambal (sebelum masuk Yogyakarta), kami banyak sekali melibas jalanan berlubang, berkelok, hingga ruas jalan sempit. Namun tenaga tetap prima, pengemudi tak kesulitan dengan handling.

Duduk di bangku belakang juga cukup nyaman. Legroom (ruang untuk kaki) cukup lega. Meski agak terasa sedikit keras untuk suspensi. Peranti pendingin ruang (AC) single blower namun mampu menyemburkan hawa dingin hingga pojok-pojok mobil.

Di etape ketiga, Ambal-Yogyakarta, saya kembali pegang kendali. Meski relatif sedikit melintasi jalanan berlubang, berkelok, dan sempit namun saya tetap bisa mencicipinya. Etape terakhir ini kian meyakinkan saya jika March cukup handal di jalanan luar kota.

Saya sempat bertanya pada Teddy Irawan, Vice Presiden Sales & Marketing PT Nissan Motor Indonesia (NMI), ihwal mengapa harus tes perjalanan panjang Jakarta-Yogyakarta. Jawaban Teddy?

"Kami ingin membuktikan dan mengubah anggapan orang selama ini yang menyebut mobil kecil, dan bermesin 1.200 cc tiga silinder tak layak untuk jalan jauh," tegasnya.

Nissan menawarkan empat model March yaitu March 1.2 M/T (dibanderol Rp 138 juta); March 1.2 A/T (Rp 148,8 juta); March 1.2 A/T XS (Rp 158,8 juta), March 1.2 M/T NISMO (Rp 158,8 juta)

"Teknologi injeksi dengan proses pengabutan bahan bakar yang terus disempurnakan, mematahkan anggapan bahwa mobil bermesin kecil berarti bertenaga kecil,” tandas Teddy.

Jawaban Teddy dan pengalaman yang telah saya dapatkan sekaligus menjadi jawaban atas saran teman di saat saya akan berangkat. So, kembali ke Jakarta, saya tak perlu cuti untuk memulihkan tenaga.

ARIF ARIANTO (YOGYAKARTA) 

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi