Cerita Alumni ITB Mendesain Sayap Depan Mobil Balap F1 Toro Rosso
Reporter: Tempo.co
Editor: Wawan Priyanto
Kamis, 4 Januari 2018 19:27 WIB
Stephanus Widjanarko, Aerodynamicist tim balap F1 Toro Rosso menjelaskan bagian dari mobil yang didesainnya untuk musim balap 2018. Jakarta, 1 Januari 2018. TEMPO/Wawan Priyanto
Iklan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Stephanus Widjanarko merupakan alumni Institut Teknologi Bandung yang bekerja di tim balap F1, Toro Rosso. Ia menjabat sebagai aerodynamicist, aero department, tim balap F1, Toro Rosso.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Istilah gamblangnya, Tephie, begitu ia biasa dipanggil, bertanggung jawab terhadap komponen mobil Toro Rosso yang berkaitan dengan sistem aerodinamika.

Salah satu poin penting dari sistem ini adalah menjaga laju mobil Toro Rosso tetap stabil baik saat di tikungan maupun di lintasan lurus. Untuk mobil balap musim 2018, Tephie bertanggung jawab penuh terhadap desain nose (hidung) dan sayap depan. “Mulai ujung hingga batas ban depan,” kata Tephie kepada Tempo di SG Golf Caffee, Prapanca, Jakarta Selatan, Senin, 1 Januari 2018.

Baca: Tokoh 17 Agustus: Mimpi Tephie Jadi Perancang Jet Darat

Menurut Tephie, aerodynamicist di Toro Rosso dibagi dalam tiga kelompok kerja. Pertama menangani sektor depan, seperti yang ia tangani. Lalu ada yang bertanggung jawab pada bagian tengah, dari belakang ban depan hingga bagian mesin. Terakhir, bertanggung jawab di diffuser belakang dan sayap belakang.

Mobil balap Toro Rosso dengan bagian front wing dan nose desain karya tim Stephanus Widjanarko. Dok. Pribadi

Desain hidung dan sayap depan itu sudah selesai dan sukses menjalani tes di wind tunnel. Menurut rencana, hidung baru mobil balap Toro Rosso ini akan menjalani tes perdana di sirkuit pada 26 Februari mendatang di Barcelona, Spanyol.

Simak: Tokoh 17 Agustus: Bekerja di Tim Balap F1, Dulu Hobi Kini Rezeki

Menurut Tephie, pada musim ini tidak terlalu banyak ubahan yang dilakukan pada desain mobil balap F1. Kecuali untuk penerapan Halo, pelindung bagian kepala mobil balap F1.

“Agak sedikit rumit ketika implementasi Halo. Tim harus melakukan sejumlah penyesuaian karena tempatnya sangat sempit, terutama di lubang udara di atas kepala pembalap,” ujarnya.

Penggunaan Halo, lanjut Tephie, sempat membuat aliran udara ke ruang mesin dan bagian diffuser terganggu. Dan ini dapat mempengaruhi kinerja mobil selama balapan. “Ya bisa saja suhu ban bagian belakang tiba-tiba drop, atau mesin dan rem overheat,” katanya.

Stephanus Widjanarko merupakan pemuda kelahiran Bandung, 24 Mei 1986. Ia mulai berkarir di tim balap F1 Toro Rosso sejak tahun 2013. Ia bertugas di aero department Toro Rosso bersama 100 orang lainnya. Tephie merupakan satu dari 25 tenaga aerodynamicist, dan satu-satunya dari Asia.

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi