Penjualan Toyota Tertekan Kompetitor, TAM Pakai Strategi Bertahan
Reporter: Bisnis.com
Editor: Eko Ari Wibowo
Senin, 7 Mei 2018 15:07 WIB
Mobil hemat bahan bakar Toyota Calya. TEMPO/Praga Utama
Iklan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pada tiga bulan pertama tahun ini, penjualan PT Toyota Astra Motor (TAM) membuat catatan buruk. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, pasokan ke dealer Toyota anjlok 21 persen menjadi 84.494 unit. Meskipun demikian, pada kuartal pertama 2018 capaiannya naik 2,9 persen.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Cengkeraman tulang punggung sektor otomotif grup Astra ini terhadap pasar mobil Indonesia pun ikut mengendur. Pangsa pasar Toyota merosot dari 37,8 persen pada triwulan pertama 2017, menjadi 28,9 persen pada periode yang sama tahun ini. Kendati demikian, Toyota masih mempertahankan status sebagai merek mobil terlaris di Indonesia.

Sejauh ini kondisi pasar semakin sesak dan konsumen domestik tidak akan bertambah signifikan dalam waktu dekat. Executive General Manager TAM Fransiscus Soerjopranoto mengatakan bertambahnya pilihan mobil tidak bisa dimungkiri menjadi alasan kinerja perusahaan tertekan. “Itu artinya kompetisi semakin kuat bagi Toyota. Memang Toyota yang harus survive,” katanya kepada Bisnis Indonesia edisi Senin, 7 Mei 2018.

Baca: Toyota Sudah Lakukan Uji Tipe Ekspor Mobil ke Vietnam, yang Lain?

Hantaman nyata bagi Toyota dimulai dengan ikutnya Mitsubishi meramaikan kategori low multi-purpose vehicle (LMPV) pada medio 2017. Bermodal desain anyar, Xpander pun berhasil membuat Avanza terkesan kuno. Hal ini berbanding lurus dengan performa penjualan. Berbekal harga kompetitif, Wuling Motors menjadi pilihan baru bagi first time buyer atau pembeli mobil pertama, yang juga menjadi target konsumen Toyota.

Belum lagi DFSK yang memulai debut tahun ini. Merek asal Cina ini akan fokus bermain di segmen sport utility vehicle (SUV) dengan strategi serupa Wuling, yaitu memasang harga di bawah pasar.

Adapun tren negatif Toyota pada triwulan pertama 2018 tidak lain disebabkan oleh merosotnya permintaan tulang punggung perusahaan. Penjualan pabrik ke dealer Avanza turun hingga 40 persen menjadi 21.413 unit.

Selain itu, capaian Toyota Calya ikut tertekan. Model ini mencatat penurunan 43,4 persen.

Sejumlah model mencoba menjadi pahlawan. Sayangnya, itu tidak cukup kuat menjaga kinerja perusahaan. Di antaranya Rush, yang pasokan ke dealer-nya meroket hingga dua kali lipat. Juga Innova dan Agya, yang masing-masing naik 10,7 persen dan 9,8 persen, tidak bisa berbuat banyak.

Simak: Menguji Kenyamanan Toyota Fortuner di Jalur Daendels Selatan

Dengan kondisi tersebut, menurut Soerjopranoto, strategi terbaik untuk TAM adalah bertahan agar tidak jatuh semakin dalam. Toyota tidak bermain agresif tahun ini. Menjaga keseimbangan pasokan ke dealer dengan permintaan pasar menjadi yang utama harus dilakukan.

Soerjopranoto melanjutkan, target TAM adalah menutup tahun ini dengan pangsa pasar Toyota setidaknya 30 persen. Tersisa delapan bulan bagi perusahaan untuk mengatasi ketertinggalan. “Kami mau melakukan sesuatu untuk mengamankan 2018 ini, iya, tentu saja. Tapi kami juga harus hati-hati untuk menjaga kepercayaan diri dealer,” ujarnya.

BISNIS

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi