Pengamat Menilai Penjualan Mobil saat Ramadan Akan Menurun
Reporter: Antara
Editor: Eko Ari Wibowo
Jumat, 17 April 2020 08:58 WIB
Suasana penjualan mobil bekas di WTC Mangga Dua, Jakarta, Senin 20 Mei 2019. Manajer Pemasaran Senior WTC Mangga Dua Herjanto Kosasih menyatakan penjualan mobil bekas menjelang mudik Lebaran 1440 H meningkat dibandingkan hari biasa pada bulan sebelumnya. Tempo/Tony Hartawan
Iklan
Iklan

GOOTO.COM, Jakarta - Penjualan mobil nasional pada bulan April dan Mei diprediksi akan mengalami penurunan, menyusul berhentinya pabrik-pabrik otomotif, dirumahkannya pegawai di industri tersebut karena pandemi virus corona baru (COVID-19), menurut pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Sekarang kalau kita lihat industri otomotif mati semua, stop produksi. Diler otomatis pada tutup, dan dia tidak bisa memasarkan kalau tidak ada pegawai. Jalur distribusi ke hilir pun stop," kata Yannes saat dihubungi ANTARA, Kamis 16 April 2020.

Penetapan pandemi COVID-19 sebagai bencana nasional, masyarakat menjadi lebih memprioritaskan kebutuhan primernya daripada tersier seperti membeli kendaraan. "Di kondisi seperti ini, masyarakat pasti safety first. Akibatnya, kendaraan yang termasuk barang konsumsi tersier, jadi pembelian akan drop drastis," kata akademisi Institut Teknologi Bandung itu.

Momen Ramadan dan Lebaran Idul Fitri yang biasanya mampu mendongkrak keinginan masyarakat untuk membeli mobil baru pun ia nilai juga tidak terlalu berdampak besar, karena daya beli berkaitan dengan kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sedang tidak baik.

"Diprediksi kalau berlanjut sampai Juli, menuju ke puncak peledakan kedua atau mudik dari Jabodetabek ke daerah lebih meluas dan parah, akibatnya bisa sampai akhir tahun drop dan kebutuhan tersier tidak akan dilihat," ujar Yannes.

Sementara, kondisi ini berbanding lurus dengan keadaan di pelaku industri otomotif, yang ia ibaratkan seperti efek bola salju.

"Efeknya di rantai pasok. Orang tidak ada yang mau beli, industri juga tidak produksi, sales juga tidak ada yang jalan. Kalaupun ada, itu sisa-sisa inden sebelum COVID ini ramai," kata Yannes.

Indonesia, walaupun mampu merakit mobil sendiri dengan komponen lokalnya (local content), juga masih membutuhkan komponen dari negara lain yang memproduksi, seperti India, Cina, dan Thailand.

"Otomotif ini multinasional, kalau negara induknya (principal) tidak bisa kirim komponen, tidak bisa produksi, jadi tidak bisa dibuat (mobilnya). Saling berkaitan," kata dia.

Yannes juga menilai, komponen lokal yang ada di Indonesia jumlahnya terbatas, dan stok di after market juga tidak memungkinkan untuk dipakai. Karena terbatasnya stok komponen di dalam negeri, memaksa pelaku industri otomotif tidak dapat menyelesaikan proses perakitan produknya.

"Akhir tahun bisa pelan-pelan recovery di akhir Desember. Otomatis penjualan hancur, ya, paling bagus 20 persen dari penjualan umum pada periode yang sama di tahun kemarin," ucapnya.

ANTARA

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi