Kemungkinan Masuknya Mobil Listrik Ke Indonesia Masih Samar  
Reporter: Tempo.co
Editor: Tempo.co
Senin, 19 Januari 2009 20:04 WIB
Iklan
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta : Pekan lalu pameran otomotif Amerika, Detroit Auto Show, berjalan dalam kondisi suram industri otomotif Amerika. Kesan megah dan mutakhir tetap ada pada lokasi pameran namun tidak ada kilatan lampu dan laser yang berlebihan atau hingar-bingar musik seperti yang sudah-sudah. Tekanan resesi dan pergerakan harga minyak membuat pengembangan mobil bertenaga alternatif kembali disorot.

Lihat saja sosialisi proyek pengembangan mobil bertenaga kombinasi listrik-bahan bakar minyak buatan Ford dalam pameran itu yang disebut Project M. Ford hanya mengadakan konferensi pers sederhana.

Ide kendaraan bertenaga alternatif tidak bisa dibilang baru namun pengembangannya selalu tersingkir oleh alasan biaya produksi dan penelitian yang mahal. Bagaimana di Asia?

Toyota memang bukan pelopor, namun pabrikan Jepang itu bisa jadi yang mendahului pabrikan lain dalam menjual mobil bertenaga kombinasi listrik dan bahan bakar minyak. Sejak 1997 Toyota sudah memasarkan Prius, mobil bertenaga kombinasi listrik-bahan bakar minyak di Jepang.

Menurut staf Hubungan Masyarakat Toyota Astra Motor, Ahmad Rizal, Jenis itu sudah dibawa masuk ke Indonesia namun ”Masih untuk keperluan studi”. Menurut Ahmad, Toyota Indonesia perlu menguji mobil itu dari segala aspek seperti bahan bakar, lingkungan, jalan, dan infrastruktur transportasi lainnya. Belum jelas proyeksi Toyota untuk memasarkan seri Prius di Indonesia, apalagi merakitnya.

Dalam pameran otomotif Detroit Auto Show konsep mobil bertenaga alternatif lain yang dipromosikan adalah Chevrolet Volt dari General Motors. Harry Yanto dari General Motors Indonesia mengatakan mobil itu sebenarnya juga masih konsep namun General Motors Amerika sudah menetapkan akan memasarkan mobil itu di Amerika tahun 2010. Untuk pasar otomotif Indonesia, menurut Harry, Volt akan hadir sekitar enam bulan atau satu tahun setelah pemasaran di Amerika Serikat.

Faktor yang harus disiapkan untuk pasar Indonesia bagi kehadiran mobil semacam itu menurut Harry adalah publikasi yang cukup, pengenalan produk bagi pengguna maupun teknisi, insentif dari pemerintah seperti pajak, stimulus perdagangan, serta infratsruktur pendukung, karena Harry mengatakan menurutnya dasarnya “Pasar Indonesia siap beli.”

Dari Ford pernyataan yang muncul adalah Ford belum menetapkan rencana pemasaran mobil bertenaga kombinasi yang sedang dibuatnya untuk wilayah Indonesia. “Di Amerika sendiri mobil itu sedang dalam tahap pengembangan,” Jelas Safaruddin Husada dari Ford Motor Indonesia kepada Tempo.

Ketiganya mengemukakan satu hambatan pemasaran yang sama untuk mobil-mobil mereka. Harga akan lebih mahal daripada mobil konvensional. Chevrolet sudah muncul dengan angka untuk Volt yakni US$ 40.000 (sekitar Rp 442 juta), Prius sendiri sudah beredar dengan harga US$ 22.000 (Rp 243 juta), sedangkan Ford belum.

Kondisi Lokal

Kembali ke soal kesiapan dari segi regulasi, ketiga pabrikan mobil di atas mengatakan peran pemerintah diperlukan dalam mendorong pemasaran mobil jenis itu.

“Sekarang tinggal dari pemerintah aja dalam mempersiapkan infrastruktur” jelas Ahmad Rizal dari Toyota. Harry Yanto Manajer Perencanaan Bisnis General Motors Indonesia mengatakan, “Bila semua mendukung maka pasar tinggal mengikuti”. Harry Yanto menambahkan upaya formal maupun informal untuk mendiskusikan masuknya mobil semacam itu ke tanah air dengan pemerintah belum dilakukan.

Di kalangan industri otomotif nasional sendiri, perwakilan ketiga pabrikan mengatakan belum ada pembicaraan serius tentang mobil jenis itu di Indonesia maupun prospeknya ke depan. Safaruddin Husada dari Ford Indonesia mengatakan “Belum ada pembicaraan semacam itu dan Ford belum terlibat.”

RONALD | THE NEW YORK TIMES

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi