Populix Sebut Pertumbuhan Kendaraan Listrik Masih Tergantung Infrastruktur
Reporter: Erwan Hartawan
Editor: Kusnadi Chahyono
Jumat, 7 Juni 2024 10:00 WIB
Ilustrasi Tesla Supercharger. (Foto: Mercedes-Benz)
Iklan
Iklan

GOOTO.COM, Jakarta - Indonesia menjadi negara yang mulai diramaikan puluhan produk motor listrik dan mobil listrik. Namun, berdasarkan riset dan data dari Populix, terdapat beberapa hal besar yang bisa menghambat pertumbuhan industri kendaraan listrik yang diklaim ramah lingkungan itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hal ini diungkapkan riset Populix terbaru yang bertajuk Electric Vehicle Dynamics: Unveiling Consumer Perspectives and Market Insights. Dalam paparannya menunjukan bahwa kekhawatiran dengan sisa baterai selama perjalanan (65%), kapasitas jarak tempuh terbatas (61%), dan tidak semua bengkel menerima perbaikan meskipun kerusakannya non-listrik (49%).

Selain itu, keterbatasan infrastruktur atau fasilitas charging (43%) dan lokasi stasiun pengisian daya yang masih sedikit dan cenderung jauh (42%) juga menjadi tantangan yang dihadapi konsumen dalam menggunakan kendaraan listrik.

Dr. Timothy Astandu, CEO & Co-Founder Populix menyebut seiring berkembangnya pasar kendaraan listrik (EV) di Indonesia, kolaborasi antara regulator dan produsen EV menjadi semakin krusial untuk mengatasi tantangan yang mendasar seperti aksesibilitas, jarak tempuh, biaya, hingga ketersediaan infrastruktur pengisian daya yang menghambat integrasi kendaraan listrik bagi mobilitas konsumen sehari-hari.

"Dengan memahami tantangan dan preferensi konsumen, sinergi ini menjadi kunci untuk mendorong adopsi EV secara lebih luas, serta meningkatkan pertumbuhan industri kendaraan listrik di Indonesia," ucap dia di Jakarta, 6 Juni 2024.

Populix juga mengungkap bahwa mayoritas pemilik kendaraan listrik lebih memilih lakukan cas di rumah, di mana sebanyak 59 persen. Sementara stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) hanya digunakan oleh 15% responden. 

Sedangkan untuk lokasi penukaran baterai kendaraan listrik yang paling populer adalah lokasi brand resmi (78%) diikuti oleh stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) (42%). Frekuensi penggunaan SPKLU atau SPBKLU bervariasi di mana 55% melakukan pengisian daya di tempat tersebut setidaknya satu kali seminggu dan bahkan sebagian kecil menggunakannya setiap hari. 

Dalam kategori motor listrik responden menggunakan motor listrik dengan tujuan utama untuk belanja kebutuhan sehari-hari (72%), mengunjungi teman atau keluarga (57%), antar-jemput teman atau keluarga (57%), bekerja (47%), dan perjalanan dalam kota (46%).

Untuk memenuhi tujuan tersebut, konsumen merasa bahwa jarak tempuh motor listrik yang ideal adalah 74,93 KM. Sementara itu, ekspektasi konsumen terhadap harga motor listrik rata-rata sebesar Rp 18.000.000 dengan tiga merek motor listrik yang paling banyak digunakan adalah Honda (15%), Honda (15%), dan Polytron (13%).

Beralih ke mobil listrik, tujuan utama penggunaan meliputi mengunjungi teman atau keluarga (71%), perjalanan dalam kota (69%), bekerja (67%), antar-jemput teman atau keluarga (63%), dan belanja kebutuhan sehari-hari (60%).

Rata-rata konsumen menilai harga mobil listrik yang ideal adalah sebesar Rp 250.000.000 dan memiliki jarak tempuh 261,18 KM. Adapun mobil listrik yang saat ini paling banyak digunakan adalah Wuling (57%), Hyundai (24%), dan Toyota (9%).

VP of Research Populix Indah Tanip menjelaskan bahwa saat ini pembelian kendaraan listrik masih didorong kuat oleh program-program promosi. 

Adapun bentuk promosi yang paling disukai oleh konsumen mencakup diskon khusus dari produsen seperti potongan harga atau cashback (65%), garansi baterai atau unit (65%), subsidi pemerintah dalam bentuk diskon atau insentif langsung (57%), serta penawaran paket spesial selama periode tertentu (43%).

Pilihan Editor: Volvo EX90 Sudah Mulai Produksi Perdana

Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram pilih grup GoOto

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi