Yamaha NMax dan Panggilan Memori Motorik Secepat Turbo
Reporter: Nugroho Adhi
Editor: Kusnadi Chahyono
Selasa, 29 Oktober 2024 08:05 WIB
Yamaha NMax Turbo ke Ciwidey. (Foto: Yamaha)
Iklan
Iklan

GOOTO.COM, JakartaBenarkah tubuh akan mengenali kembali gerakan lampau yang sekian lama tak dijalani? Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membiasakan gerakan itu kembali? Di dunia medis ‘kebiasaan’ itu mempunyai istilah muscle memory. Sebutan ini mengacu kepada gabungan kerja otot dan otak, seperti aktivitas keseharian yang biasa dilakukan: berjalan, berlari, memasak, atau berkendara. Kegiatan itulah yang direkam sebagai kemampuan motorik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seseorang dapat kehilangan sedikit kemampuan motorik jika dalam kurun waktu tertentu tidak lagi melakukannya. Perlu sedikit adaptasi untuk memanggil ingatan motorik itu kembali. Itulah yang saya alami Kamis pekan lalu, 24 Oktober 2024.

Yamaha NMax Turbo ke Ciwidey. (Foto: Yamaha)

Ting! Sebuah pesan elektronik mampir ke ponsel saya, dua pekan lalu. Isinya ajakan berkendara dari pabrikan motor Yamaha, yang baru saja memperkenalkan skuter matik NMax Turbo. Untuk beberapa lama saya bengong.

Sudah lima tahun lebih saya tidak riding motor lagi. Apalagi jenis otomatis seperti yang sekarang membanjiri jalanan ibu kota. Saya ingat-ingat lagi terakhir naik motor matik sekitar tiga bulan lalu ketika menyambangi perkebunan kopi di kaki Gunung Merapi dan Merbabu di Selo, Boyolali, Jawa Tengah.

Saat itu pun saya sedikit kagok. Tak terbayangkan mengendarai motor yang jika gas dilepas akan ngeloyor seperti curut dan hanya mengandalkan rem depan dan belakang untuk menghentikan laju motor. Beda jauh dengan motor kopling manual yang ‘cukup’ mengandalkan engine brake untuk mengurangi laju. 

Apalagi jalur ke Dusun Lencoh yang saya tuju itu penuh kelokan tajam. Selain tentu saja tikungan Irung Petruk yang legendaris itu. Sepanjang perjalanan pergi dan pulang Solo-Boyolali, tak henti-hentinya saya berdoa mengendarai motor matik 150 cc itu.

OK, kembali ke undangan riding tadi. Konfirmasi kehadiran segera saya kirimkan. Di rumah, koper dan tas yang berisi riding gear saya bongkar untuk memastikan perlengkapan berkendara termasuk helm fullface dalam kondisi siap pakai.

Helm KBC V-Euro masih bagus kondisinya walau ada sedikit jamur di breath deflector. Riding glove Komine GK-212 titanium sayang sekali tidak bisa digunakan. Beberapa bagian kulit dan karet rontok. Untungnya ada glove lain yang sejenis. Knee protector Komine SK-653 pun masih sangat layak pakai. Sepatu? Saya pilih menggunakan sepatu gunung yang melindungi sampai atas mata kaki.

Yamaha NMax Turbo ke Ciwidey. (Foto: Yamaha)

Di layar slide proyektor, Kepala Instruktur Yamaha Riding Academy (YRA) Arief Muthia membeberkan beberapa fitur unggulan Yamaha NMax Turbo. Sesudahnya dia pindah ke motor keluaran baru itu sambil terus memperagakan aneka tombol penting di setang kiri. Tombol-tombol yang katanya membedakan skutik ini dengan motor sejenis.

Kembali saya bengong. Beberapa rekan senior media yang turut di acara Editors on Wheels, Bandung Raya 24-25 Oktober 2024, juga sedikit bingung karena tak terbiasa dengan fitur terkini motor skutik. “Maklum udah berumur, nanti dijajal sambil ngegas,” kata editor in chief Oto Group Munawar Chalil sambil terkekeh.

Baiklah. Hari pertama ini saya akan membiasakan diri dengan Si NMax. Segala fitur unggulan diabaikan dulu. Saya wajib mengenal betul motor ini. Wajar karena sudah bertahun-tahun tidak berkendara motor. Alhasil selama berkendara dari Kota Bandung yang sungguh macet dan panas ke sebuah cafe di Cikole, Lembang, yang berjarak sekitar 40 kilometer, saya hanya memainkan gas dan rem saja. Begitu pula ketika 19 editor media otomotif berkendara menuju perhentian terakhir di Pengalengan, hanya gas dan rem yang saya tekan.

Manager Public Relations PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) Rifki Maulana. (Foto: Yamaha)

Menginap semalam di komplek rehat bergaya kabin itu, paginya perjalanan dilanjutkan ke etape pertama di Cimanggu Forest, Rancabali, Ciwidey, Kabupaten Bandung. Sebelum berangkat Manager Public Relations PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) Rifki Maulana berpesan, ”Selalu utamakan keselamatan di jalan dan jangan lupa coba dan nikmati fitur tercanggih Yamaha NMax Turbo.”

Sontak darah seperti mendidih mendengar pesan itu. Apalagi malamnya, di antara api unggun yang menghangatkan suhu 18 derajat Celcius di penginapan, Arif Muthia sempat memanas-manasi untuk jangan ragu mencoba dua riding mode yaitu T-Mode (Town Commuting) dan S-Mode (Sport Touring).

Tanpa menunggu jalan beton kebun teh Pengalengan berpindah ke aspal halus Rancabali, saya pun memainkan S-Mode untuk menambah akselerasi maupun deselerasi dalam tiga tahapan. Efek deselerasi itu mirip dengan engine brake di motor kopling manual. Sebagai perbandingan, yang rasa rasakan, mirip dengan shift down dari gigi 6 ke-5, dan dari 5 ke-4 di motor kopling manual 6 percepatan. Yamaha menyebut fitur ini dengan istilah Y-Shift.

Yamaha NMax Turbo ke Ciwidey. (Foto: Yamaha)

Akselerasi skutik bermesin Blue Core 155cc Variable Valve Actuation (VVA) di S-Mode tak mengecewakan untuk membabat tikungan usai deselerasi. Menarik juga teknologi Yamaha Electric Continuously Variable Transmission (YECVT) yang merupakan adopsi skutik premium Yamaha terdahulu, Majesty 250, dan kini diterapkan di NMax Turbo. Ditambah traction control system dan dual channel anti-lock braking system (ABS), rasanya cukup lengkap untuk motor yang dihargai Rp40 jutaan ini. 

Alhasil, perjalanan sepanjang hampir 142 kilometer-Pengalengan, Rancabali, Situ Patenggang, dan Yamaha Flagship Shop Kota Bandung, saya ketagihan bermain S-Mode. Akselerasi dengan tiga tingkatan, yakni low (1), medium (2), dan high (3) yang agak mirip dengan triptonic, deselerasi dan sedikit memainkan rem depan-belakang dengan bantuan ‘engine brake’ menjadi muscle memory baru berkendara di kawasan Bandung Raya.

Walau begitu, tidak sepenuhnya memori motorik berkendara yang terpendam beberapa tahun ke belakang tampil utuh. Ada sebagian detil yang masih belum pulih meski sudah berusaha dipercepat ala turbo. Di perhentian akhir, Public Relation Officer YIMM Danu Wibisono berujar, “Masih belum pulih berkendara ya, mas? Nanti akan ada banyak riding lagi kok.” Dia tersenyum sambil menyalami saya yang baru turun dari motor dan terlihat ‘kagok’ berkendara. Empat puluh delapan jam setelahnya, beberapa otot di tangan dan paha atas masih terasa ngilu usai ratusan kilometer berkendara di sekitaran Bandung Raya. (*)

Pilihan Editor: Tips Pakai Fitur YECVT di Yamaha Nmax Turbo untuk Taklukkan Tanjakan dan Turunan

Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram pilih grup GoOto

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi