
dok: BMW
Tren modifikasi motor pada 2010 mendatang, akan mengacu pada konsep fungsional, retro, dan sebagai sarana unjuk jati diri. “Karena itu gaya streetfighter, flat tracker atau board tracker akan mendominasi. Meski begitu, karena saat ini efektif berlaku peraturan dari pemerintah bahwa motor harus menggunakan lampu standar pabrikan, maka bentuk dan fungsi lampu bawaan pabrik tetap dipertahankan,” papar Nursahid, pemilik bengkel modifikasi motor MJ Motor yang terletak di Jalan Iskandar Muda, Jakarta Selatan kepada Tempo, Rabu (16/12).
Gaya atau model streetfighter yang kini masih digandrungi kalangan muda perkotaan itu, masih akan bertahan di 2010. Maraknya komunitas dengan berbagai agenda lomba keterampilan mengendarai motor, turut memberi sumbangan tetap bertahannnya gaya ini.
“Selain modifikasi mesin sesuai dengan fungsi dan konsepnya sebagai tunggangan untuk digeber di track kota, tampilan juga akan bertambah dengan sentuhan airbrush yang minimalis tetapi tetap dengan warna mencolok. Banyak main warna pokoknya,” tambah Nursahid.
Sementara Iwank Kurniawan, modifikator kawakan di kawasan Saharjo, Jakarta Selatan, menyebut tren 2010 tak sekadar ekstrem, tetapi juga mengedepankan desain menarik dan masih nyaman dikendarai untuk kegiatan harian. “Dan satu hal, fungsi perangkat utama masih dipertahankan seperti lampu lampu, sehingga selain modis motor itu juga memiliki unsur safety,” jelas modifikator jebolan sebuah Institut Teknologi di Malang Jawa Timur itu.
Iwank menyebut gaya Flat tracker dan Board tracker, yaitu model motor balap era perang dunia II atau era 1940-an bakal ramai lagi. Prinsip kedua gaya tersebut sama yaitu setang yang pendek dan melengkung ke bawah memungkinkan pengemudinya merunduk untuk mengurangi hambatan angin.
Dalam gaya tersebut, posisi kaki menjepit tangki yang ramping. Gaya ini, menurut Iwank, selain masih mengedepankan fungsi juga mementingkan gaya era 40 atau 50-an. Di saat itu masyarakat di seluruh dunia baru merasakan masa-masa pengendoran urat syarat setelah dihadapkan pada kondisi perang dan persoalan ekonomi yang diakibatkannya.
Sementara pada 2010, generasi pertengahan 1980-an dan awal 1990-an yang tiga atau empat tahun lalu fanatik terhadap konsep modifikasi ekstrem radikal kini memasuki usia dewasa. Sehingga konsep ekstrim tetapi tetap elegan dan modis akan menjadi pilihannya. Gaya retro dan modis, gaya itulah yang akan diusung. “Meski ini konsep retro tetapi masih memiliki fungsi yang diinginkan layaknya streetfighter, modis, fungsional, serta aman,” terang dia.
Sementara menyinggung kemungkinan semakin menurunnya minat orang untuk melakukan modifikasi motor terkait dengan kondisi ekonomi, baik Nursahid maupun Iwank mengaku tak sepakat dengan perkiraan tersebut. Pasalnya, dunia modifikasi seperti halnya dunia fesyen yang tidak pernah mengenal kondisi krisis.
Kalau pun ada kenaikan bahan atau komponen untuk modifikasi hal itu justru akan mendorong para pecinta modifikasi dan modifikator untuk melakukan inovasi. “Apalagi soal bahan itu banyak sumbernya mulai dari limbah atau bahan bekas dari motor yang sudah usang hingga bikinan atau kreasi sendiri,” kata Iwank optimistis.
ARIF ARIANTO