
autoevolution
TEMPO Interaktif, California - Isu lingkungan yang berkaitan dengan polutan bahan bakar minyak (BBM) dari fosil serta harga BBM yang terus merangkak naik telah memacu produsen mobil untuk menciptakan produk yang irit. Satu di antara cara itu adalah penggunaan teknologi start–stop serta mobil berteknologi hybrid.
Hasil penelitian Pike Research seperti yang dilansir autoevolution.com dan thegreencarwebsites.co.uk, Kamis, 2 Juni 2011, menunjukkan penggunaan teknologi itu dalam waktu sembilan tahun akan meningkat 10 kali lipat. Pada 2011, jumlah mobil berperanti itu masih tercatat tiga juta unit.
“Pada 2020 mobil yang menggunakan peranti Start–Stop mencapai 37,3 juta unit saban tahun,” bunyi pernyataan lembaga itu.
Penjualannya pun akan jauh lebih besar ketimbang mobil hybrid. Saat ini perbandingan keduanya mencapai 1 : 3,5 unit. “Pada 2017 mendatang, rasionya mencapai satu dibanding 16 unit,” terang sumber Pike.
John Gartner, analis senior Pike Research, mengatakan peranti itu akan menjadi daya tarik mobil di mata konsumen. Pasalnya, selain meningkatkan efisiensi bahan bakar atau ongkos operasional mobil, peranti itu juga ramah lingkungan.
Perangkat yang disebut micro hybrid itu memiliki fungsi untuk mematikan mesin mobil kala mobil berhenti sejenak di depan lampu isyarat lalu lintas atau saat terjebak macet. Alat itu sekaligus berfungsi mengaktifkan mesin secara otomatis saat pengemudi menginjak pedal gas.
Walhasil, asupan BBM ke ruang bakar mesin bisa diatur. Penghematan itu mencapai 5–10 persen.
ARIF ARIANTO