Direktur Jenderal Industri Logam, mesin, Alat Transportasi & Elektronika I Gusti Putu Suryawirawan (kiri) dan President & CEO PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia Roelof Lamberts di depan Mercedes-Benz C 350 e Plug-in Hybrid terbaru pada ajang GIIAS 2017. Dok. MBI
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan perkembangan industri kendaraan listrik akan terjegal biaya pajak yang tinggi.
Menurut I Gusti, kendaraan listrik nanti rata-rata berpenggerak empat roda (four wheel drive). "Kendaraan dengan jenis tersebut memiliki pajak barang mewah yang cukup tinggi dibanding kendaraan jenis lain," katanya dalam acara Pusat Data Bisnis Indonesia di Annex Building, Jakarta Pusat, Selasa, 29 Agustus 2017.
Baca: BPPT Siap Dukung Pengembangan Mobil Listrik Ia menyebutkan kisaran pajak kendaraan roda empat berbeda-beda. Jenis kendaraan yang memiliki pajak tertinggi adalah sedan sebesar 30 persen, dan yang paling kecil adalah MPV, yakni 10 persen. "PPn (pajak penjualan) barang mewahnya (kendaraan listrik) masih tinggi, di atas 30 persen. Itu yang kita harapkan agar segera berubah," ujarnya.
I Gusti menuturkan biaya pajak merupakan masalah utama yang nanti akan menghambat produksi kendaraan listrik. "Pada 2030, Indonesia diminta menurunkan emisi gas rumah kaca 29 persen. Sehingga kami harus mendorong industri membuat kendaraan listrik," ucapnya.
Simak: Jokowi Sebut Pengembangan Mobil Listrik Bertahap Dengan biaya pajak yang tinggi, tidak akan ada industri kendaraan listrik yang mau membangun pabrik di Indonesia. Hal ini, menurutnya, tentu akan merugikan Indonesia karena hanya akan menjadi negara eksportir.
Dewasa ini, pemerintah memang sedang mendorong industri otomotif memproduksi kendaraan listrik, bahkan siap memberikan intensif untuk industri yang mau menjalankan proyek mobil listrik. "Akan ada intensif untuk industri yang mau mengembangkan mobil listrik. Namun kalau motor tidak ada karena kita sudah bisa buat sendiri," tuturnya.
M. JULNIS FIRMANSYAH