Revisi Pajak Sedan, Honda Yakin Harga Sedan Turun
Reporter: Wawan Priyanto
Editor: Eko Ari Wibowo
Kamis, 15 Februari 2018 16:24 WIB
New Honda City dan Direktur Pemasaran dan Purnajual PT Honda Prospect Motor, Jonfis Fandy. (PT Honda Prospect Motor).
Iklan
Iklan

GOOTO.COM, Jakarta - Direktur Marketing dan Layanan Purnajual PT Honda Prospect Motor Jonfis Fandy mengatakan wacana revisi pajak sedan sangat mungkin berdampak positif pada industri otomotif di Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sedan, meski pasarnya tak sebesar segmen lain, seperti multi-purpose vehicle (MPV) dan sport utility vehicle (SUV), tetap memiliki peminat. "Dampaknya bisa saja membuat harga sedan turun atau fiturnya ditambah," kata Jonfis di Garut, Jawa Barat, Selasa, 13 Februari 2018.

Baca: Revisi Pajak Sedan: Mitsubishi Tunggu Arahan Prinsipal Jepang

Jonfis mengatakan Honda masih akan menunggu keputusan final dan petunjuk teknis dari revisi pajak barang mewah, yang salah satunya akan diterapkan pada sedan. "Pengembangannya seperti apa, ya, menunggu keputusan final nanti. Sedan akan tetap menjadi pasar yang khusus, penggemar loyal sedan."

Saat ini sedan bermesin 1.500 cc ke bawah dikenakan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) sebesar 30 persen. Pajak ini dinilai terlalu besar sehingga penjualan sedan mengalami penurunan.

Kementerian Perindustrian mengusulkan perubahan pajak kendaraan jenis mobil sedan agar tidak dikategorikan sebagai barang mewah. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menargetkan pembahasan revisi pajak sedan tersebut rampung bulan ini.

Baca: Penjualan Honda Indonesia Keempat Dunia, Ini Target 2018

"Sedang kami bahas, mudah-mudahan akhir bulan ini bisa keluar paketnya," kata Airlangga setelah menjadi pembicara dalam acara breakfast meeting British Chamber of Commerce Ministerial Series di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Selasa.

Airlangga menuturkan alasan kementeriannya mengusulkan revisi pajak sedan adalah mendorong peningkatan utilisasi pabrik. Dia berujar, dari kapasitas pabrik sebesar 2 juta kendaraan, baru 1,4 juta produksi yang dihasilkan. "Kalau dengan adanya insentif, kapasitasnya akan naik," katanya.

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi