
Tempo/Tony Hartawan
Berangkat dari fakta itu, PBB mencanangkan ‘Global Safety Week’ sebagai pelaksanaan resolusi lembaga dunia tersebut, Improving Global Road Safety. Dan berkaitan dengan resolusi tersebut, dan untuk menyosialisasikan pentingnya keselamatan dalam berkendara sejak usia dini, pemerintah membagikan 1.000 buah helm gratis bagi anak-anak.
"Langkah ini didasari keprihatinan terhadap tingginya tingkat kecelakaan di jalan. Sehingga, perlu ada langkah sosialisasi safety riding sejak dini kepada anak-anak, diantaranya dengan membagikan helm gratis tersebut," ujar Ketua Panitia Pekan Nasional Keselamatan Jalan Giri Suseno, saat peresmian Pekan Nasional Keselamatan Jalan, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Rabu (24/06).
Helm yang dibagikan terdiri dari dua jenis yaitu, jenis Kids untuk anak-anak usia 0 – 5 tahun, dan Junior untuk anak-anak usia diatas 5 tahun. Giri menambahkan, dipilihnya anak-anak sebagai sasaran sosialisasi tersebut, adalah untuk menanamkan budaya disiplin dan kesadaran sejak dini terhadap aspek keselamatan dalam berkendara. “Sebab, ini menyangkut budaya. Sehingga, sejak usia dini harus dibangun budaya disiplin dan kesadaran terhadap pentingnya keselamatan,” paparnya.
Data statistik yang dikeluarkan PBB menyebutkan, setiap dua kilometer, pengendara sepeda motor mempunyai risiko mati karena kecelakaan 20 kali lebih besar ketimbang pengendara mobil.
Data kecelakaan lalu lintas 2006 menyebut, 36.000 orang tewas akibat kecelakaan di jalan raya, 19.000 orang adalah pengendara sepeda motor. Dengan kata lain, sekitar 52 orang tewas dalam kecelakaan yang melibatkan sepeda motor. Umumnya, kematian itu disebabkan oleh luka fatal pada kepala akibat tidak menggunakan helm.
Penggunaan helm pengaman sesuai dengan standar keselamatan yang ditetapkan, dapat menurunkan risiko kematian hingga 30 persen. Ihwal standrisasi helm pengaman ini telah ditetapkan dalam pasal 4 Keputusan Menteri Perhubungan nomor 72/1993.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Gunadi Sindhuwinata yang hadir di tempat yang sama menolak jika jumlah sepeda motor dianggap sebagai salah satu faktor penyebab kecelakaan. "Harus dilihat juga bagaimana kondisi jalan raya yang berlubang dan juga terlalu sempit untuk dilalui sekian banyak kendaraan termasuk motor, mobil, angkutan umu, bus, dan truk," tandas Gunadi.
Namun, Gunadi tak menampik bila disebutkan faktor perilaku pengendara yang tidak taat aturan sebagai pemicu terjadinya kecelakaan. “kalau itu kita tidak bisa memungkiri. Itu kan perialku, di situ memang pekerjaan rumah kita semua,” aku Gunadi.
ARIF ARIANTO