Pemilik Mobil Listrik Masih Pilih Isi Daya di Rumah Dibanding SPKLU
Reporter: Erwan Hartawan
Editor: Rafif Rahedian
Sabtu, 8 Juni 2024 19:00 WIB
Ilustrasi mengisi daya baterai di rumah. 17 Agustus 2020. TEMPO/Wawan Priyanto
Iklan
Iklan

GOOTO.COM, Jakarta -Perkembangan mobil listrik di Indonesia memang terbilang baik. Dilansir dari data Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan kendaraan ramah lingkungan itu bahkan berhasil tumbuh 237 persen sepanjang 2023.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meskipun pengguna mobil listrik semakin banyak, ternyata mayoritas belum terlalu mengandalkan Fasilitas Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Para pemilik lebih memilih untuk melakukan isi daya di rumah.

Hal tersebut terungkap dari hasil riset Populix yang melibatkan 350 pengguna kendaraan listrik di Jabodetabek, Makassar, Bandung, Surabaya, dan Medan. Mereka melakukan riset dalam rentang waktu 15-25 Maret 2024.

"Lokasi pengisian daya yang paling sering dilakukan pengguna mobil listrik ialah di rumah, karena paling konsisten sehingga dianggap lebih nyaman dan aman," kata CEO & Co-Founder Populix, Timothy Astandu, Kamis, 6 Juni 2024.

Lebih rinci sebanyak total responden itu 59 persennya memilih rumah sebagai lokasi pengisian daya paling nyaman. Sementara 16 persen ialah mereka yang memanfaatkan layanan home charging diikuti pengisian daya di SPKLU dengan bobot 15 persen. Tepat di bawahnya, para pemilik mobil listrik menggunakan charging station brand masing-masing.

Menurut Timothy, alasan dari perilaku tersebut mengingat sebaran SPKLU yang belum merata di seluruh wilayah Indonesia, sehingga banyak pengguna mobil listrik tak memakai kendaraannya untuk berpergian jarak jauh.

"Fasilitas atau infrastruktur kendaraan listrik, kalau kita tidak mengisi daya di rumah, pengguna masih khawatir dimana mencari SPKLU. Atau misalnya cari di maps, ternyata saat perjalanan tidak ada yang dekat. Mereka takut nanti malah nyangkut di tengah jalan karena tidak ada SPKLU. Layanan dari aftersales dari brand juga tentu memengaruhi," lanjut Timothy.

"Frekuensi penggunaan SPKLU/SBKLU sih masih lumayan rendah, paling tinggi itu 2-3 kali seminggu (28 persen). Dan mungkin berhubungan dengan faktor infrastrukturnya bahwa memang pembangunannya belum merata," tutup dia.

Pilihan Editor: Sempat Kecelakaan dan Ban Depan Bermasalah, Mario Aji Raih Poin di Moto2 Italia

Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram pilih grup GoOto

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi