Tiga Dampak Serius Emisi Gas Buang
Reporter: Tempo.co
Editor: Tempo.co
Rabu, 13 Juli 2011 12:58 WIB
ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang
Iklan
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Saat ini kampanye penggunaan mobil ramah lingkungan terus disuarakan oleh kalangan pencinta lingkungan. Selain semakin menipisnya bahan bakar dari fosil, hasil pembakaran mesin mobil juga berdampak buruk bagi lingkungan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, alasan yang disodorkan para ahli kesehatan tidak kalah penting. Hasil penelitian Ohio State University dan Davis Heart and Lung Research Group seperti dilansir thegreencarwebsites.co.uk, Rabu, 13 Juli 2011, menyatakan ada beberapa dampak serius bagi kesehatan dari mobil yang tak ramah lingkungan.

Dampak itu, antara lain:

1.Gangguan fungsi di otak.

Hasil penelitian terbaru yang dilakukan Ohio State University, Ohio, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa paparan emisi gas buang mobil particulate matter (PM 2.5) dapat mengakibatkan gangguan fungsi beberapa organ di otak. Kelainan itu menyebabkan turunnya kemampuan belajar, menurunnya kemampuan memori, bahkan menyebabkan depresi.

Penelitian yang dilakukan Davis Heart and Lung Research Group terhadap tikus yang terkena polusi dari gas emisi mobil menunjukkan hewan pengerat itu mengalami radang pada sekujur tubuhnya. Binatang itu juga menunjukkan gejala tekanan darah tinggi, diabetes, serta obesitas. "Tikus yang terpapar polusi juga mengalami penurunan jumlah sel pada kulit mereka," tulis pernyataan lembaga itu.

2. Penurunan kemampuan kontraktil tubuh.

Bila seseorang menghirup gas CO2 hasil pembakaran mesin mobil dalam takaran yang moderat sekalipun, akan mengalami gangguan pada kemampuan metabolisme kalsium dan fosfor. Bila kandungan CO2 di dalam jaringan lunak tubuh, orang yang bersangkutan akan mengalami gangguan pada kontraktilnya.

Menurut penelitian 2 lembaga itu, jika CO2 mencapai satu persen dari udara yang ada di sekeliling orang, hal itu dapat menyebabkan kantuk. Bila kadar itu mencapai 2 persen akan memiliki dampak seperti zat narkotika ringan, sehingga tekanan darah meningkat.

"Bila kadarnya mencapai 5 persen dapat menyebabkan stimulasi pada sistem pernapasan, menyebabkan pusing dan kebingungan," begitu bunyi pernyataan lembaga itu.

Bila kadar itu mencapai 8 persen, orang yang menghirupnya akan mengalami sakit kepala, tremor, bahkan kehilangan kesadaran.

Berkaitan dengan emisi CO2 itu, Lembaga Keselamatan dan Kesehatan (Occupational Safety and Health Administration) Amerika Serikat menetapkan paparan gas itu pada tubuh orang dewasa tak boleh lebih dari 0,5 persen.

3. Memicu kematian bayi dan kanker.

Selain gas CO2, emisi gas hasil pembakaran pada mesin kendaraan juga menghasilkan unsur-unsur lain seperti nitrogen dioksida dan hidrokrabon. Hasil penelitian University of California, San Diego, menunjukkan ada hubungan antara kadar NO2 dan sindrom kematian bayi mendadak.

Penelitian itu membuktikan insiden sindrom kematian bayi mendadak meningkat saat kadar karbon monoksida dan nitrogen dioksida bertambah. Risiko tingkat kematian bayi akibat kedua gas emisi itu hampir 2 kali lipat risiko paparan asap tembakau.

Pada sisi lain, keberadaan 2 gas itu dan hidrokarbon dari emisi gas buang kendaraan selain dapat memicu asma juga menyebabkan kanker saluran pernapasan. Tingkat kejadian atau prevalensi kasus kanker akibat gas emisi itu jauh lebih besar dibanding penyebab lainnya.

ARIF ARIANTO

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi