
TEMPO/Arif Ariyanto
TEMPO Interaktif, Jakarta - Membersihkan pelapis jok dan interior mobil memang terlihat gampang. Cukup mengolesi krem atau menyemprot dengan cairan pembersih, kemudian mengelap, lapisan pun kembali bersih.
Namun, ternyata cara seperti itu tidaklah tepat sepenuhnya. Pasalnya, bila dilakukan dengan tidak cermat, pelapis bisa cepat rusak.
“Kuncinya, harus menggunakan pembersih yang tepat serta cara pengelapan juga harus benar,” tutur Edi Pamungkas, Technical Brand Manager PT Polystar International, distributor pelapis jok dan interior MBTech, saat ditemui di arena gelaran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2011, Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta, Jumat, 29 Juli 2011.
Lantas, seperti apa cara yang benar membersihkan bagian–bagian di interior mobil, khususnya bagian pelapis? Berikut penuturan Edi Pamungkas:
1. Gunakan cairan pembersih yang bersifat water base
Hampir sebagian besar pemilik mobil menggunakan cairan pembersih pelapis jok dan interior kendaraannya dengan cairan yang bersifat oilbase atau berbahan dasar minyak. Memang, cairan seperti itu memiliki kemampuan untuk menjadikan pelapis terlihat mengkilap sehingga kotoran yang ada di permukaan pelapis seolah hilang.
Padahal, cairan tersebut juga memiliki kelemahan. “Ada beberapa kekurangan bila kita menggunakan bahan yang oil base,” kata Edi.
Oleh karena itu, sangat disarankan memilih cairan pembersih yang bersifat water base atau berbahan dasar air. Selain berhawa adem, cairan tersebut juga mudah terserap oleh bahan pelapis sehingga cepat membersihkan kotoran sekaligus tidak merusak struktur pelapis.
2. Pahami kekurangan dan kelebihan cairan pembersih
Selama ini cairan yang bersifat water base masih jarang di pasaran. Selain itu, cairan dengan karakter seperti itu tidak mengkilapkan permukaan pelapis seperti halnya cairan yang bersifat oil base.
Hal itu terjadi karena bahan dasar cairan yang berupa air memang tidak bersifat memantulkan cahaya. Hal itu berbeda dengan cairan yang berbahan dasar minyak yang memiliki sifat memantulkan cahaya sehingga pelapis jok terkesan mengkilap.
Namun dibanding cairan yang bersifat oilbase, cairan waterbase masih memiliki sejumlah kelebihan. “Selama ini, yang kami temukan, cairan yang berbahan dasar minyak memiliki kelemahan,” kata Edi.
Pertama, sifat minyak tak ubahnya lemah yang cenderung lengket atau mengikat sebab unsur molekul di dalam cairan itu memiliki daya ikat yang kuat terhadap zat lain. Begitu pun dengan cairan pembersih pelapis jok dan interior yang mengandung minyak justru akan mengikat kotoran yang ada.
Bahkan tidak hanya itu, unsur-unsur lain di dalam cairan pembersih itu juga akan menumpuk di permukaan lapisan atas atau top coating pelapis. “Bila itu terjadi, maka pelapis lama–kelamaan akan kusam,” terang Edi.
Kedua, unsur minyak memiliki sifat panas sehingga bila pelapis sering dibersihkan, maka hawa panas dari unsur minyak tersebut juga akan menyebabkan struktur di bahan pelapis cepat aus. Walhasil, pelapis cepat retak atau bahkan robek dan pecah-pecah.
Ketiga, pelapis yang dibersihkan dengan cairan yang bersifat oil base akan cenderung licin. Hal itu dikarenakan sifat minyak yang tidak mudah larut dalam air atau meresap ke dalam benda yang ada di sekitarnya.
“Sehingga, pengemudi atau penumpang mobil pun akan merasa kurang nyaman saat duduk. Khususnya bila hawa panas,” sebut Edi.
3. Cepat tanggap membersihkan kotoran
Edi Pamungkas menyarankan agar para pemilik mobil segera atau sering membersihkan pelapis jok atau pelapis interior lainnya bila mendapati bagian tersebut kotor. Pasalnya, bila tidak segera dibersihkan, zat-zat yang ada di kotoran akan merasuk ke struktur bagian dalam bahan pelapis.
“Bila itu terjadi, maka dibutuhkan cara ekstra untuk mengangkat kotoran,” terang Edi.
Padahal, bila kita menggunakan cairan pembersih yang akan mengangkat kotoran yang telah masuk ke struktur bagian dalam pelapis, sangat berisiko terjadinya kerusakan struktur pelapis jok, khususnya top coating atau pelapis bagian atas.
Pasalnya, cara kerja cairan yang akan mengangkat kotoran, misalnya tinta pulpen atau spidol yang telah merasuk ke bagian struktur dalam pelapis justru menyebabkan bagian itu rusak.
Oleh karena itu, Edi mewanti-wanti jangan mudah terjebak dengan iming-iming cairan yang bisa membersihkan kotoran yang telah merasuk ke bagian dalam pelapis, namun berisiko cepat merusak pelapis.
ARIF ARIANTO