Ahli: Ultra Fast Charging Bikin Baterai Kendaraan Listrik Cepat Rusak
Reporter: Gooto.com
Editor: Rafif Rahedian
Rabu, 14 Mei 2025 06:00 WIB
Presiden Joko Widodo menghadiri acara peresmian Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Ultra Fast Charging di Central Parking Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat, 25 Maret 2022. SPKLU itu disiapkan untuk mengisi daya kendaraan listrik saat KTT G20 di Bali. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Iklan
Iklan

GOOTO.COM, Jakarta - Teknologi energi terbarukan terus mengalami perkembangan, termasuk pada baterai kendaraan listrik yang dayanya dapat diisi dengan sangat cepat, atau yang dikenal dengan sebutan Ultra Fast Charging.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hadirnya inovasi tersebut sebetulnya menjawab kekhawatiran masyarakat mengenai jarak tempuh dan efektivitas waktu pada penggunaan kendaraan listrik. 

Meski begitu, analis industri serta beberapa pengalaman pemilik kendaraan justru mengatakan bahwa teknologi canggih ini memunculkan potensi permasalahan baru, yaitu berkurangnya umur pakai baterai yang cukup signifikan. 

Hal tersebut tentu sangat mengkhawatirkan, mengingat biaya baterai kendaraan listrik yang dijual dengan harga selangit. Dalam beberapa kasus, harga komponen tersebut bahkan melebihi harga jual kembali kendaraan itu sendiri. 

Dilansir dari CarNewsChina, hasil survei menyatakan kendaraan yang menempuh jarak harian 100 km atau lebih, dan menggunakan Ultra Fast Charging 70 persen lebih dari total waktu pengisian, akan menurunkan kondisi baterai dari 100 persen menjadi 85 persen dalam waktu dua tahun.

Angka penurunan tersebut akan semakin meningkat seiring lamanya pemakaian kendaraan.

Sementara itu, penelitian lain dari Universitas Tsinghua menunjukkan bahwa baterai yang kerap diisi dengan daya lebih dari 120 kW memiliki siklus umur 40 persen lebih pendek, dibanding baterai yang diisi dengan pengecasan standar.

Oleh karena itu, para ahli menyarankan agar pemilik kendaraan lebih mengutamakan penggunaan teknologi pengisian lambat, dan hanya menggunakan Ultra Fast Charging saat ada keperluan mendesak, serta tidak melebihi 40 persen dari total pengisian daya. 

Mereka juga menganjurkan agar menghindari pengisian daya super cepat ketika daya baterai kendaraan berada di bawah 10 persen dan di atas 90 persen, mengingat baterai dalam sesi tersebut sangat rentan terhadap kerusakan.

Lebih lanjut, pelaku industri saat ini sedang mencari solusi yang dapat menjadi jalan tengah antara permasalahan ketahanan baterai dengan efektivitas waktu pengecasan. 

Beberapa inovasi yang sedang dikembangkan, di antaranya adalah sistem manajemen suhu untuk pengendalian panas, Battery Management System (BMS) beserta mode perlindungan Ultra Fast Charging, hingga stasiun pengecasan pintar untuk mengatur aliran arus secara otomatis.

RIFQI DHEVA ZA’IM | ERWAN HARTAWAN

Pilihan Editor: Hasil MotoGP Prancis 2025: Johann Zarco Kalahkan Marquez, Quartararo dan Pecco Jatuh

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi