Toyota Dikabarkan Akuisisi Neta Auto yang Alami Krisis Keuangan
Reporter: Dicky Kurniawan
Editor: Rafif Rahedian
Kamis, 15 Mei 2025 13:00 WIB
Logo Toyota terlihat pada mobil hybrid Prius psds acara North American International Auto Show di Detroit, Michigan, AS (9/1). REUTERS/Mike Cassese
Iklan
Iklan

GOOTO.COM, Jakarta - Toyota dikabarkan tengah mengevaluasi akuisisi produsen kendaraan listrik asal Cina, Neta Auto. Seperti diketahui, Neta tengah mengalami krisis keuangan sejak pertengahan tahun 2024.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Melansir laman CarNewsChina, dengan akuisisi ini, Toyota bisa memanfaatkan aset Neta dan pengetahuan lokalnya untuk mempercepat peluncuran kendaraan listriknya di Tiongkok. Namun, kabar akuisisi ini masih dibantah oleh Direktur Komunikasi Merek Toyota Tiongkok, Xu Yiming. "Kami belum mendengar apapun tentang ini," katanya.

Sejak pertengahan tahun lalu, Neta telah menghentikan produksi, PHK massal, hingga perusahaan berusaha keras mencari pendanaan eksternal. Pada 10 Februari 2025, Neta mengungkapkan rencana pendanaan E-round yang gagal, dengan nilai 4 hingga 4,5 miliar yuan (Rp 9 sampai Rp 10,3 triliun).

Investor utama, yang didukung oleh dana negara BRICS, menjanjikan 3 miliar yuan, tetapi pendanaan tersebut bergantung pada dimulainya kembali produksi dan pengamanan investasi yang sesuai, yang keduanya tidak terwujud.

Meskipun pabrik Neta di Tongxiang sempat dibuka kembali pada awal Januari 2025, namun produksinya tidak pernah dilanjutkan karena kekurangan suku cadang yang parah. Hal tersebut menyebabkan investor menarik diri, yang pada akhirnya membatalkan kesepakatan investasinya.

Secara finansial, Neta membukukan kerugian kumulatif sebesar 18,3 miliar yuan atau sekitar Rp 41 triliun selama tiga tahun, serta berutang ke pemasok sebesar 6 miliar yuan atau sekitar Rp 13,7 triliun. Perusahaan mengusulkan untuk mengubah 70 persen utang pemasok menjadi ekuitas dan membayar sisanya dengan mencicil.

Namun sebagai catatan, ada peringatan bahwa perusahaan bisa saja gagal bayar upah dan asuransi sosial tanpa modal baru. Jika nekat bangkrut, investor pemerintah akan diprioritaskan dalam pembayaran utang, sehingga pemasok berada dalam risiko.

Permasalahan kian rumit karena Neta bisa dikenakan sanksi di Thailand, negara di mana Neta menerima subsidi hingga 150.000 baht (Rp 74,7 juta) per kendaraan. Untuk mempertahankan subsidi tersebut, Neta harus memenuhi target produksi lokal paling lambat tahun 2025, dan jika gagal, Neta bisa dikenai sanksi pembayaran kembali subsidi, bunga, dan keringanan pajak.

Pada 2024, penjualan Neta turun menjadi 64.500 unit dan pada Januari 2025 penjualannya anjlok hampir 98 persen dari tahun ke tahun menjadi hanya 110 unit. Perusahaan tersebut menghadapi kritik atas teknologi yang ketinggalan zaman dan klaim kinerja yang berlebihan.

Pilihan Editor: Hasil MotoGP Prancis 2025: Johann Zarco Kalahkan Marquez, Quartararo dan Pecco Jatuh

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi