Mengenal Perbedaan Baterai LFP dan NCM yang Digunakan Kendaraan Listrik
Reporter: Dicky Kurniawan
Editor: Wawan Priyanto
Minggu, 25 Februari 2024 14:28 WIB
BYD memamerkan teknologi Blade Battery di pameran IIMS, Jakarta, 15 Februari 2024. TEMPO/Dimas Prassetyo
Iklan
Iklan

GOOTO.COM, Jakarta - Mobil listrik keluaran terbaru seperti BYD, Chery Omoda E5, Wuling Binguo EV, bahkan Tesla, mulai menggunakan baterai jenis Lithium Ferro-Phosphate (LFP). baterai LFP tidak menggunakan nikel seperti yang digunakan pada baterai kendaraan listrik kebanyakan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bisa dibilang, banyak produsen mulai beralih ke baterai LFP dan meninggalkan baterai berbahan baku Nickel, Cobalt, Manganese (NCM). Lantas apa saja perbedaan kedua jenis baterai tersebut?

Mengutip laman Elcan Industries Inc., baterai LFP merupakan jenis baterai lithium-ion yang menggunakan besi fosfat sebagai bahan katoda. Baterai jenis ini dikenal dengan kepadatan energinya yang tinggi, masa pakai yang lama, serta kinerja yang baik pada suhu tinggi.

Baterai ini bisa digunakan pada kendaraan listrik yang lebih kecil dan ringan, sistem penyimpanan energi jaringan, serta perkakas listrik portabel. Baterai LFP ini umumnya dianggap lebih aman dibandingkan baterai lithium-ion biasa.

Sementara itu, NCM merupakan baterai yang terdiri dari bahan Nikel, Kobalt, dan Mangan yang ketiganya tergabung di sistem lithium-ion. Baterai ini dirancang untuk aplikasi energi dan sel daya. Baterai jenis ini menggunakan bahan baku nikel sebanyak 33 persen.

Sebagai perbandingan, baterai LFP tidak menggunakan bahan baku nikel, melainkan terbuat dari besi fosfat. Baterai LFP ini juga tidak terlalu rentan terhadap panas berlebih dan kebakaran.

Video pengujian baterai LFP dan NCM di Kantor Pusat BYD di Cina:

Kendati demikian, baterai NCM memiliki kepadatan energi yang lebih tinggi dibanding LFP. Hanya saja, baterai NCM harganya lebih mahal daripada baterai LFP, karena bahan bakunya yang lebih mahal. Secara keseluruhan, harga kedua baterai itu sekitar selisihnya 20 persen untuk kapasitas yang sama.

Sementara itu, ketahanan suhu baterai nikel kobalt mangan relatif seimbang dan dapat bekerja secara normal di lingkungan standar, suhu rendah, dan suhu tinggi. Sedangkan baterai LFP mempunyai ketahanan suhu tinggi yang lebih baik, tetapi ketahanan suhu rendahnya buruk. Pada suhu 0 derajat Celcius, performa baterai LFP akan menurun 10-20 persen. 

Dari segi keamanan, baterai litium ferofosfat umumnya lebih unggul karena sifat kimia dan kerangka struktural selnya lebih stabil meskipun dilempar dari ketinggian tidak akan terbakar atau meledak, melainkan mengeluarkan asap. Sedangkan baterai nikel kobalt mangan memiliki risiko lebih tinggi untuk terbakar dan meledak, terutama pada suhu tinggi yang tidak normal.

Presiden Direktur BYD Motor Indonesia Eagle Zhao saat menjamu Tempo dan sejumlah wartawan dari Indonesia di Kantor Pusat BYD di Shenzhen, Cina, 20 Desember 2023, mengatakan bahwa BYD beralih menggunakan baterai LFP yang diberi nama Blade Battery karena biaya yang lebih murah, lebih aman, dan memiliki kinerja lebih baik dibanding baterai berbahan baku nikel. 

Saat ini, banyak pabrikan otomotif yang mulai beralih menggunakan baterai LFP, misalnya Tesla, BYD, Chery, hingga Wuling. Sementara, beberapa mobil Tesla juga masih ada yang menggunakan baterai NCM, kemudian ada Hyundai, Volkswagen, Volvo, hingga BMW.

Pilihan Editor: Ini Cara Daftar Mudik dan Balik Bareng Honda

Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram pilih grup GoOto

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi