
www.scooter99.com
TEMPO Interaktif, Jakarta: Model Skuter gandeng yang mulai marak sejak pertengahan 2004 lalu, diperkirakan akan surut pada 2010 mendatang. Selain karena para pecinta skuter mulai jenuh dengan model modifikasi yang ada, undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan nomor 22 tahun 2009 yang mulai berlaku 2010 juga menyurutkan minat modifikasi model ini.
“Karena kami belum tahu, apakah ada perkecualian modifikasi seperti boleh dipakai di jalan raya saat hari-hari tertentu, misalnya liburan atau tidak. Tetapi yang pasti, peminatnya bakal turun,” tutur Kristanto salah seorang anggota klub skuter kepada Tempo, di Jakarta, Rabu (30/12).
Menurut karyawan salah satu bank milik negara ini, model gandeng memang kurang cocok dengan situasi jalanan Jakarta dan sekitarnya yang saban hari macet.
“Memang, model modifikasi skuter gandeng ini cocok untuk di daerah wisata, misalnya di pantai atau jalanan yang sepi. Kalau peraturan, setahu saya di undang-undang sebelumnya masih ada aturan yang membolehkan motor termasuk skuter gandeng,” terang Kristanto.
Mulai menyusutnya minat ke modifikasi skuter gandeng ini juga dibenarkan Abraham Houtmann. Menurut pemilik bengkel modifikasi dan produsen sespan (gandengan skuter) Scooter 99 itu, model modifikasi itu tak ubahnya dunia fesyen. “Siklusnya bisa berulang, yaitu mulai menurun, kemudian hilang, dan beberapa tahun kemudian marak lagi. Persis di dunia fashion,” terang pria yang akrab disapa Bram itu kepada Tempo, di Jakarta, rabu (30/12).
Bahkan, sebut Bram, penurunan tren skuter gandeng ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di luar negeri. Dia pun menyodorkan satu data pemesanan dari luar negeri yang diterima bengkelnya. “Saban tahun kami menerima 50 – 60 pesanan model modifikasi skuter dari luar negeri, dimana 50 persennya yaitu 25 – 30 adalah pesanan sespan. Tetapi sekarang tidak sebesar itu,” paparnya.
Padahal, di luar negeri tidak ada peraturan yang membatasi pemakaian skuter gandeng tersebut. Dengan kata lain, tren penurunan tersebut dikarenakan adanya kejenuhan peminat modifikasi skuter terhadap model yang ada. “Saya kira sama dengan di Indonesia. Bisa dibilang era model sukter gandeng ini mulai surut,” aku Bram.
Scooter 99 yang terletak di Jalan Haji Buang, Ulujami Jakarta Selatan itu, saban tahunnya menerima pesanan dari beberapa negara, diantaranya Kanada, Amerika, Italia, Perancis, Thailang, Malaysia, Filipina, dan lain-lain.
Namun, ihwal aspek keamanan model skuter gandeng ini seperti yang dikhawatirkan sebagain orang Bram menegaskan produknya dirancang sesuai dengan standar keamanan internasional. “Karena konsumen kami tersebar di 10 negara. Umumnya mereka sangat perhatian dengan aspek keamanan, selama ini produk kami diterima dan tidak ada komplain,” akunya.
Lantas ia menyebut, untuk dudukan sespan misalnya ia menggunakan besi berkualitas pipa seamles berdiameter tiga perempat inci. Sementara rumah sespan dibuat dari bahan pelat yang dilapisi serat fiber berkualitas tinggi, dan roda sespan juga dilengkapi rem tambahan.
“Dengan kata lain, dari sisi keamanan kami jamin aman. Jadi kalau sekarang ada tren menyurut itu lebih karena siklus selera konsumen saja. Tapi ini tantangn bagi kami untuk menciptakan kreasi baru,” tambah Bram.
Sespan buatan Scooter 99 dirancang bisa dibongkar pasang atau permanen. Satu unit dibanderol Rp 9,5 juta.
ARIF ARIANTO