
TEMPO/Amston Probel
TEMPO Interaktif, Jakarta:Ikatan Motor Indonesia (IMI) mengaku prihatin dengan terus meningkatnya angka kecelakaan di Indonesia. Berkaitan dengan itulah, organisasi ini menerbitkan buku panduan cara mengemudi mobil dan mengendarai motor yang baik serta aman.
"Buku ini merupakan bagian dari upaya kami untuk melakukan edukasi kepada masyarakat tentang keselamatan berkendara atau mengemudi. Target kami, zero accident," tutur Juliari P. Batubara, Ketua Umum Pengurus Pusat IMI, saat peluncuran buku panduan tersebut, di Kemayoran, Jakarta, Sabtu (17/4).
Lantas pria yang akrab disapa Arie itu menyodorkan data kecelakaan yang dirilis Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, yang menyebut, selama 2009 lalu jumlah kecelakaan yang merenggut 1.061 nyawa. Dari jumlah tersebut 70 persen diantaranya melibatkan sepeda motor.
"Tentu, itu bukan hanya tanggung jawab kepolisian, tetapi tanggung jawab kita bersama. Oleh karena itulah, kami ingin menggugah kesadaran para pengguna jalan untuk berperilaku atau berkendara secara baik, benar, dan aman," tandas dia.
Buku setebal 95 halaman itu, berisi tentang petunjuk, tata cara, serta metode pelatihan berkendara atau mengemudi yang baik, benar, dan aman. Sedianya, buku tersebut disebarluaskan ke seluruh Indonesia melalui pengurus daerah IMI.
"Kami saat ini mempunyai anggota ratusan ribu yang tersebar di 33 propinsi di Indonesia, yang siap membantu menyebarkan buku pedoman itu," terangnya.
Ari menambahkan, dengan melakukan pembelajran dan pemahaman kepada para pengguna jalan melalui buku itu diharapkan juga tumbuh budaya baru dalam berkendara di jalan.
Terlebih budaya dan etika berkendara yang baik dan benar di jalanan, saat ini sangat rendah. Pada sisi lain, jumlah kendaraan bermotor baik roda dua maupun empat dari waktu ke waktu terus bertambah jumlahnya.
"Roda empat misalnya, rata-rata per tahun bertambah 500 - 600 ribu unit, dan motor 5-6 juta. Sehingga, lajunya pertambahan jumlah itu juga harus dibarengi dengan pembelajaran dan penumbuhan pemahaman berkendara yang baik dan benar. Kalau tidak bisa berbahaya," terang Ari Batubara.
ARIF ARIANTO