Kaleidoskop 2105: Honda BR-V Diklaim Cocok Untuk Indonesia
Reporter: Tempo.co
Editor: Suseno TNR
Senin, 28 Desember 2015 17:42 WIB
Produk terbaru Honda BR-V dipamerkan dan diperkenalkan saat berlangsungnya Gakindo Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS) di Tangerang Selatan, 20 Agustus 2015. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Iklan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Honda BR-V diluncurkan perdana di Indonesia pada pameran Otomotif GIIAS dan IIMS Agustus 2015. Meski belum melantai di dealer, kendaraan ini sudah banyak dipesan. PT Honda Prospect Motor mengatakan jumlah pesanan Honda BR-V pada pameran GIIAS sudah tembus angka 1.023 pemesan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Honda BR-V adalah mobil berjenis cross over utility vehicle. Presiden Direktur HPM Tomoki Uchida mengatakan, peluncuran BR-V dilakukan di Indonesia karena memang mobil ini dirancang dan diproduksi oleh Honda Indonesia bersama Honda Thailand.

Mobil ini diklaim cocok untuk karakter konsumen Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara yang menginginkan mobil berkapasitas besar dan tangguh melahap berbagai kondisi jalan. "Kami merancang BR-V yang menggunakan konsep gabungan SUV dan multi-purpose vehicle (MPV)," katanya.  Harga yang ditawarkan antara Rp 230-265 juta.

Untuk memenuhi "lokalisasi komponen", Honda Motor Corp melalui PT Honda Precision Parts Manufacturing bakal menambah produksi transmisi otomatis CVT (continuous variable transmission) di pabrik mereka di Karawang, dari 375 ribu unit menjadi 750 ribu unit per tahun. CVT asal Karawang itu nantinya diekspor ke 16 negara. Mobil-mobil "global" yang memakai komponen ini antara lain Honda Jazz, Honda Mobilio, dan Honda HR-V.

Naiknya kadar komponen lokal pada produk otomotif tak lepas dari upaya pabrikan untuk menghemat biaya produksi. "Jika bahan bakunya bisa diperoleh dari dalam negeri, produsen tidak perlu ekspor yang biayanya tinggi," kata Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronik Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan.

Meski begitu, Putu mengatakan, penambahan kandungan lokal pada produk otomotif tidak mudah. Pemerintah, kata dia, juga menyadari soal banyaknya hambatan untuk mengerek kandungan lokal. Putu memberi contoh, tidak semua jenis besi baja tersedia di Indonesia.

Untuk meringankan beban produsen, sekaligus mengerek kandungan lokal kendaraan secara bertahap, Putu menawarkan dua insentif. Pertama ialah insentif fiskal berupa tax allowance, penghapusan pajak pertambahan nilai barang mewah, dan penghapusan bea masuk mesin-mesin produksi.

Ada juga bonus baru berupa aturan prioritas pemanfaatan produk dalam negeri untuk pemerintah. Nantinya, kata Putu, Kementerian Perindustrian akan membuat patokan mobil atau sepeda motor yang sebaiknya dipilih oleh instansi pemerintahan. "Patokan itu dilihat dari tingkat kandungan komponen lokal," ucapnya.

Tim Tempo

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi