Grab Minta Polisi Buru Sindikat Fake GPS yang Merugikan Pengemudi
Reporter: Bisnis.com
Editor: Eko Ari Wibowo
Rabu, 24 Januari 2018 09:01 WIB
Fotografer mengatur posisi taksi supercar GrabTaxi dalam sesi foto di Singapura, 15 September 2015. REUTERS/Edgar Su
Iklan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Grab Indonesia, salah satu operator taksi online, mendesak kepolisian menangkap semua pelaku sindikat fake global positioning system (GPS) yang merugikan pengemudi dan penumpang Grab. Ridzki Kramadibrata, Managing Director Grab Indonesia, mengapresiasi pihak kepolisian yang telah berhasil menangkap sejumlah pelaku sindikat fake GPS ‎yang memanfaatkan platform tersebut guna mengakses sistem secara ilegal untuk pemesanan kendaraan Grab di Makassar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca: Penjualan Sedan Turun, Toyota: Konsumen Beralih ke MPV

Menurut dia, Grab Indonesia akan bekerja sama dengan kepolisian untuk meringkus semua pelaku kejahatan pada platform tersebut. "‎Kami sangat mengapresiasi upaya Polda Sulawesi Selatan, melalui tim cyber crime-nya, yang berhasil menangkap para oknum pengguna aplikasi fake GPS," ujar Ridzki, Selasa, 23 Januari 2018.

Fake GPS adalah order fiktif ke layanan transportasi online dengan memalsukan posisi calon penumpang di peta GPS. Saat mobil atau motor yang dipesan tiba di lokasi, pengemudi tidak bisa mendapati calon penumpang karena ordernya menggunakan lokasi fiktif. Aplikasi tersebut dikhawatirkan juga dimanfaatkan pengemudi untuk memanipulasi order.

Ridzki menegaskan pihaknya tidak akan menoleransi semua pengemudi taksi online Grab yang melanggar peraturan dan kode etik. Menurut dia, sanksi yang akan diberikan terhadap pengemudi tersebut adalah pemberhentian sementara dan pemberian denda serta pemutusan kemitraan jika telah melakukan pelanggaran berupa penipuan.

Baca: Toyota Yaris Sedan: Sporty dengan Garis Tajam

"Kami tidak main-main. Ini sanksi yang akan kami berikan kepada oknum pengemudi Grab jika terbukti melanggar aturan dan kode etik. Bagi kami, keamanan masyarakat harus menjadi prioritas," katanya.‎ ‎ ‎

BISNIS

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi