Gaikindo: PPN 12 Persen Bisa Bikin Harga Mobil Naik Rp 3 Jutaan
Reporter: Dicky Kurniawan
Editor: Rafif Rahedian
Kamis, 28 November 2024 12:00 WIB
PT BYD Motor Indonesia memperkenalkan model mobil listrik baru di segmen Multi Purpose Vehicle (MPV) BYD M6 pada pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis 18 Juli 2024. aterai mampu membawa BYD M6 MPEV untuk menempuh jarak hingga 530 km dalam sekali pengisian daya full. TEMPO/Tony Hartawan
Iklan
Iklan

GOOTO.COM, Jakarta -

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto mengatakan bahwa penjualan mobil akan semakin berat apabila Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen berlaku tahun depan. Sebab, harga mobil berpotensi besar naik saat PPN naik dari 11 persen menjadi 12 persen.

"Memang (penjualan) akan tambah berat," kata Jongkie, dikutip dari Tempo.co pada hari ini, Kamis, 28 November 2024.

Dia menyontohkan, untuk mobil seharga Rp 300 juta, harganya akan naik sebesar Rp 3 jutaan. PPN 12 persen ini akan berdampak besar bagi konsumen mobil-mobil kelas bawah.

Kendati demikian, Jongkie memahami alasan pemerintah menaikkan PPN ini demi menggenjot penerimaan dari pajak untuk membiayai pengeluaran negara. Dia pun berharap pertumbuhan ekonomi yang dijanjikan akan mencapai 8 persen untuk menopang penjualan industri otomotif. 

"setidaknya penjualan tahun ini masih dapat dipertahankan di tahun depan," ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Gaikindo Kukuh Kumara menyatakan bahwa kenaikan PPN ini menjadi tantangan bagi industri otomotif yang tengah lesu. Dampak lain dari penerapan PPN 12 persen ini adalah semakin menurunnya daya beli masyarakat.

"Tiap kenaikan pajak, konsekuensinya terjadi penurunan penjualan mobil. Data empiris mengatakan seperti itu," ucap Kukuh.

Di tahun ini saja, Gaikindo telah menurunkan target penjualan mobil dari satu juta unit menjadi 850 ribu unit. Penurunan target penjualan ini disebut dapat berdampak besar pada industri otomotif dari hulu ke hilir, bahkan berpotensi besar terjadi PHK (pemutusan hubungan kerja).

"Yang jelas produsen akan mengurangi produktivitas, yang pada akhirnya berdampak terhadap pengurangan sumber daya manusia," kata Kukuh.

DICKY KURNIAWAN | RIRI RAHAYU | TEMPO.CO

Pilihan Editor: Isuzu Buka Peluang Produksi Kendaraan Listrik Niaga di Indonesia

Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram pilih grup GoOto

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi