
PT Astra Honda Motor (AHM) menghadirkan Honda ICON e: pada pameran Indonesia Motorcycle Show 2024 ICE BSD, Tangerang, Kamis 31 Oktober 2024. Honda ICON e: dirancang untuk memenuhi berbagai kebutuhan pengguna, dari yang menginginkan kelincahan hingga daya tahan dan ketangguhan produk sepeda motor listrik. TEMPO/Tony Hartawan
GOOTO.COM, Jakarta - Industri kendaraan listrik Indonesia dinilai masih mengalami sejumlah tantangan, mulai dari harga yang relatif tinggi, anggapan masyarakat mengenai performa, keamanan baterai, hingga kebijakan yang tak kunjung mendapat kepastian.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli), Budi Setiyadi mengatakan pemerintah Indonesia wajib mendorong penggunaan motor listrik guna memperbaiki iklim dan permasalahan lainnya, baik dalam bentuk fiskal maupun non-fiskal.
Langkah tersebut diklaim sesuai dengan aturan yang tertuang pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019, yang mana di dalamnya tertulis mengenai rencana percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (BEV).
Oleh karena itu, Budi mengharapkan adanya sinergi kuat antara regulator terkait dengan pemerintah lain sebagai penggunanya dalam menyerap penggunaan motor listrik di setiap lini institusi. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya transisi kendaraan ramah lingkungan.
“Secara regulasi, pemerintah sudah membangun regulasi melalui Inpres no. 7 tahun 2022, di mana di dalamnya adalah mandatory kepada semua kementerian lembaga, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, (pemerintah) kota untuk juga menggunakan sepeda motor listrik ,“ katanya, Selasa, 6 Mei 2025.
Budi juga mengharapkan adanya kebijakan yang mendukung industri ini, seperti halnya pemberian subsidi. Meski sempat direncanakan untuk tahun 2025, upaya pemberian insentif tersebut belum juga terealisasi hingga saat ini.
Meski demikian, Budi mengatakan bahwa pihaknya hanya menginginkan kepastian kebijakan dari pemerintah, meski nantinya justru ditiadakan.
“Kondisi yang saat ini menjadi kendala kita adalah produksi meningkat, persediaan di dealer cukup banyak, tapi kemudian masyarakat membelinya mungkin barangkali menunggu subsidi itu sendiri,” tambah dia.
Lebih lanjut ia menyebut industri motor listrik tanah air telah mempersiapkan berbagai strategi, jika subsidi tersebut tidak diturunkan tahun ini, mulai dari penjualan ritel hingga penerapan skema sewa baterai.
“Ada yang B2B antara industri dengan beberapa company, tidak langsung kepada masyarakat. Contohnya kepada Gojek, Grab, untuk bisa dijual dengan skema yang rent-to-own," jelas Budi.
"Jadi pembeli tiap hari membayar dan selama dua tahun kemudian lunas. Atau kemudian sekarang juga ada yang sepeda motor, pabriknya juga menjualnya dengan skema-skema lain,” tutup dia.
RIFQI DHEVA ZA’IM | ERWAN HARTAWAN