Sejarah Pembalap Asia di Arena Jet Darat  
Reporter: Tempo.co
Editor: Tempo.co
Minggu, 27 Maret 2011 11:29 WIB
Karun Chandhok. REUTERS/Daniel Munoz
Iklan
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta -Dari seorang pembalap "beneran" bersama tim Hispania Racing pada musim balap Formula 1 2010, status Karun Chandhok turun sekadar menjadi cadangan di tim Lotus tahun ini. Namun pria India berusia 27 tahun itu tak merasa gengsi. Menurut dia, selain karena kualitas timnya yang sekarang lebih baik, karena adanya persamaan visi dengan pihak manajemen.

"Saya dan Toni Fernandes (Principal Lotus) memiliki niat yang sama, yaitu memperbanyak jumlah pembalap Asia di Formula 1," kata Chanduk. Niat yang wajar mengingat sebagian saham Lotus dimiliki perusahaan dan pemerintah Malaysia. Yang ditunjuk sebagai pemandu bakat adalah Alex Yoong, pembalap jet darat asal Malaysia era awal 2000-an.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Yoong menjadi satu-satunya pembalap asal Malaysia yang pernah berlaga di Formula 1. Adapun Chandhok adalah pembalap Formula 1 kedua asal India setelah Narain Karthikeyan pada 2005. Absen lima tahun, Karthikeyan berlaga lagi musim ini bersama tim Hispania Racing. Kamui Kobayashi dari Jepang, yang memperkuat tim Sauber, menjadi satu-satunya pembalap Asia selain Karthikeyan.

Dari total 24 pembalap di 12 tim musim ini, Asia cuma diwakili dua pembalap. Meski terdapat empat pembalap lain berstatus cadangan (Chandhok, India, Lotus; Ho-Pin Tu, Cina, Lotus Renault; Fairuz Fauzi, Malaysia, Lotus Renault; dan Sakon Yamamoto, Jepang, Marussia Virgin Racing), statistik itu jelas menggelisahkan para penggiat Formula 1 asal Asia.

Persentase jumlah pembalap Asia tak sebanding dengan jumlah sirkuit yang ada di benua ini. Dari 19 lintasan musim ini, tujuh di antaranya berada di Asia: Sepang (Malaysia), Shanghai (Cina), Marina Bay (Singapura), Suzuka (Jepang), Yeongnam (Korea Selatan), Greater Noida (India), dan Abu Dhabi (Uni Emirat Arab).

Total, terhitung sejak musim kompetisi Formula 1 mulai bergulir pada 1950, jumlah pembalap asal Asia cuma 24 orang Itu pun sebagian bukan pembalap yang secara reguler bertanding semusim penuh. Perinciannya: pembalap asal Jepang berjumlah 20 orang, dua orang dari India, serta masing-masing seorang dari Malaysia dan Thailand.

Meski cuma pernah diwakili satu pembalap, Thailand memiliki sejarah paling hebat. Birabongse Bhanudej Bhanubandh, itulah orang Thailand yang harus dicatat dalam sejarah dengan huruf besar. Birabongse lebih dikenal dengan panggilan Pangeran Bira. Pria kelahiran 1914 ini memang seorang bangsawan. Dia cucu penguasa Siam (nama lama Thailand) yang terkenal, Raja Mongkut.

Lahir di Bangkok, Pangeran Bira bermukim di London, Inggris, sejak berusia 13 tahun. Ia mendapatkan pendidikan terbaik dan fasilitas kelas wahid khas bangsawan tinggi. Selain menekuni balap sepeda motor dan mobil, Birabongse dikenal sebagai atlet layar andal.

Pangeran Bira turut berlaga dalam musim pertama Formula 1 pada 1950. Dia menempati posisi kedelapan pada klasemen akhir. Meski peserta balapan saat itu tak sebanyak era-era selanjutnya, apalagi pada perkembangan mutakhir sekarang, prestasi Bira tetaplah dikenang sebagai capaian terbagus dari seorang pembalap Asia. Takumi Sato dari Jepang menjadi satu-satunya pembalap asal Asia yang mampu menyamai raihan itu 54 tahun kemudian, yaitu pada 2004.

Pangeran Bira aktif di Formula 1 dari 1950 sampai 1955. Sayangnya, prestasinya pada 1950 tak bisa ia teruskan pada kompetisi tahun-tahun berikutnya. Selain di Formula 1, Birabongse cuma mencatat banyak prestasi di kompetisi balapan lain. Dia meninggal di London dalam usia 71 tahun pada 1985.

Birabongse menjadi satu-satunya pembalap Formula 1 asal Asia Tenggara sampai datangnya Alex Yoong pada awal 2000-an. Berwajah ganteng, Yoong menjadi pujaan publik muda Asia Tenggara. Sayangnya, Yoong tak mampu berbicara banyak di Formula 1, yang persaingannya sudah jauh lebih keras daripada era Birabongse. Cuma dua musim di arena jet darat, Yoong beroleh peringkat ke-26 pada 2001 dan ke-20 pada 2002.

Zaman Birabongse jauh berlalu, pembalap-pembalap Jepang lantas menghiasi arena jet darat mengikuti pabrikan-pabrikan Negeri Matahari Terbit yang terlebih dulu hadir. Hiroshi Fushida menjadi pembalap Jepang pertama yang meramaikan Formula 1. Dia turun pada musim 1975, tapi cuma untuk dua sirkuit, di Inggris dan Belanda. Yang jadi masalah, pada keduanya, Fushida cuma sampai babak kualifikasi dan gagal mengikuti start lomba.

Setelah itu, terdapat tiga nama asal Jepang: Masahiro Hasemi (musim 1976), Noritake Takahara (1976 dan 1977), serta Kazuyoshi Hoshino (1976 dan 1977). Karena status mereka sekadar pembalap cadangan, ketiganya cuma melaju di satu sirkuit dalam satu musim.

Pembalap Jepang yang benar-benar melakoni Formula 1 secara reguler adalah Satoru Nakajima, dari 1987 sampai 1991. Dikenal piawai di cuaca hujan, Nakajima dua kali berhasil masuk finis sebagai peringkat keempat, yaitu di Silverstone (Inggris) pada 1987 dan di Adelaide (Australia) pada 1989.

Pembalap Jepang pertama yang sukses menapakkan kakinya di tangga podium adalah Aguri Suzuki. Itu terjadi saat ia berhasil masuk garis finis sebagai peringkat ketiga di kandang sendiri, Sirkuit Suzuka pada 1990.

Pembalap Negeri Matahari Terbit butuh 14 tahun untuk kembali naik podium. Kali ini bintangnya adalah Takuma Sato, yang masuk finis tercepat ketiga di Indianapolis, di Sirkuit Grand Prix Amerika, pada 2004. Sato cuma kalah cepat oleh Michael Schumacher dan Rubens Barrichello.

Sato dikenal ugal-ugalan saat mengendarai mobil. Banyak yang membenci, tapi juga banyak yang menggemari aksinya. Prestasinya sebagai peringkat kedelapan akhir musim 2004 membuatnya tercatat sebagai pembalap Asia terhebat dalam setengah abad.

Catatan Sato, juga Pangeran Bira, tak pernah lagi dicetak pembalap Asia yang lain. Inilah mimpi Chandhok dan Yoong: memperbanyak pembalap Asia di Formula 1 sekaligus mencetak prestasi bagus. "Bakat pembalap Asia tak kalah bagus dibanding rekan-rekannya dari Eropa dan Amerika Selatan, kelemahan mereka cuma kemalasan," kata Yoong. Pria berusia 34 tahun itu kini berupaya menjaring banyak bakat dari Asia, bukan cuma dari negerinya, Malaysia.

BERBAGAI SUMBER | ANDY M

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi