Gaikindo Ingatkan RI Perlu Garap Ekspor ke Australia
Reporter: Tempo.co
Editor: Rully Widayati
Selasa, 7 Februari 2017 22:00 WIB
Bagian depan mobil konsep Toyota C-HR yang dipamerkan dalam acara Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2016 di ICE BSD, Tangerang, Banten, 12 Agustus 2016. Pada bagian eksterior terdapat garis-garis tajam yang membuat tampilan Toyota C-HR menjadi agresif. TEMPO/Fajar Januarta
Iklan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Yohannes Nangoi, kembali mengingatkan adanya peluang ekspor ke Australia yang masih belum tergarap oleh industri otomotif Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Di Australia mereka ada pasar otomotif dengan volume satu juta unit per tahun dan di sana sudah tidak ada industri otomotif yang berproduksi, semuanya impor, tapi Indonesia sampai saat ini belum satu unit pun diekspor ke sana," kata Yohannes dalam rangkaian konferensi pers perdana jelang pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2017 di Jakarta, Selasa, 7 Februari 2017.

"Itu lah kami bilang Indonesia harus bisa terus kembangkan industri otomotif, salah satunya lewat GIIAS ini," ujarnya menambahkan.

Baca juga: Lewat GIIAS 2017, Gaikindo ajak industri otomotif songsong masa depan

Rintisan menembus pasar ekspor ke Australia, lanjut Yohannes, saat ini menghadapi kendala laiknya peluang-peluang ekspor ke negara-negara tujuan lain, yang bermuara pada dua kendala utama yakni standar bahan bakar kendaraan serta karakter pasar yang berkaitan erat dengan struktur pajak kendaraan.

"Kalau bicara ekspor harus bicara Euro 4. Indonesia menjadi satu dari tiga negara tersisa di Asia yang masih pakai Euro 2, bersama Myanmar dan Laos. Bahkan dalam waktu dekat Laos dikabarkan akan beralih ke Euro 4, "katanya.

Kendala standar bahan bakar kendaraan tersebut, kata Yohannes, membuat pabrikan-pabrikan yang memproduksi mobil di Indonesia harus membuat dua jenis kendaraan yakni berstandar bahan bakar Euro 2 untuk pasar lokal dan berstandar bahan bakar Euro 4 untuk pasar ekspor. "Itu membuat industri otomotif kita menjadi tidak efisien," katanya.

SimakMenggali optimisme pasar otomotif Indonesia 2017

Sementara itu terkait dengan karakteristik jenis mobil terpopuler juga cukup menghambat, sebab pasar global cenderung memilih sedan yang tidak menjadi salah satu keluaran basis produksi otomotif di Indonesia.

"Pangkalnya di Indonesia skema pajaknya membuat tarif pajak sedan mahal, bahkan lebih mahal dari mobil-mobil mewah yang berjenis MPV. Ini membuat prinsipal manapun ogah menjadikan Indonesia basis produksi sedan, maka peluang ekspor pun menipis," ujarnya.

ANTARA

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi