Hadapi Tarif Trump di Industri Otomotif, Pemerintah Perlu Tambah Insentif?
Reporter: Dicky Kurniawan
Editor: Rafif Rahedian
Sabtu, 12 April 2025 07:00 WIB
Presiden Prabowo Subianto, dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Antara/Galih Pradipta-Dok White House Official
Iklan
Iklan

GOOTO.COM, Jakarta - Gedung Putih mengeluarkan pengumuman bahwa Donald Trump telah meneken kebijakan tarif timbal balik demi memperkuat posisi ekonomi internasional dan melindungi pekerja domestik di Amerika Serikat. Sejumlah negara, termasuk Indonesia, dinilai telah memanfaatkan AS secara tidak adil dalam perdagangan internasional.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tarif Trump ini akan diberlakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, tarif 10 persen untuk semua negara berlaku mulai Sabtu, 5 April 2025 pukul 00.01 waktu AS atau eastern daylight. Sementara itu, tahap kedua, tarif khusus yang diperuntukkan bagi sejumlah negara, termasuk Indonesia, berlaku pada Rabu, 9 April 2025 pukul 11.01 WIB.

Dalam menghadapi dampak dari tarif baru ini terhadap industri otomotif, pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengatakan pemerintah perlu memberikan insentif tambahan guna memperkuat daya saing industri otomotif nasional.

"Segera memfokuskan diri pada penguatan daya saing industri otomotif nasional melalui berbagai insentif bagi para pelaku usaha yang mau berkontribusi dalam peningkatan kekuatan R&D yang berdampak pada peningkatan kandungan lokal yang riil, termasuk kompetensi SDM yang lebih kompetitif lagi menuju ke padat teknologi, bukan lagi padat karya seperti sekarang," kata Yannes kepada Gooto.

Yannes menuturkan pemberian insentif oleh pemerintah juga bisa membantu mengompensasi kenaikkan biaya ekspor akibat tarif, mendorong investasi dalam peningkatan efisiensi produksi dan inovasi teknologi, serta mempercepat pengembangan kendaraan listrik yang memiliki potensi yang besar di pasar regional dan global.

"Bentuk insentif tentunya beragam, mulai dari keringanan pajak, subsidi untuk riset dan pengembangan, meng-on-kan segera program super tax deduction, hingga dukungan untuk pelatihan tenaga kerja," ucap Yannes.

Langkah pemberian insentif tambahan untuk menghadapi tarif Trump sebelumnya sudah direncanakan oleh Pemerintah Korea Selatan. Pemerintah Korsel mengumumkan langkah-langkah dukungan darurat untuk sektor otomotifnya yang bertujuan mengurangi dampak dari pemberlakuan tarif Trump, mengingat Korsel mengalami peningkatan ekspor ke AS selama bertahun-tahun.

Langkah darurat tersebut meliputi dukungan keuangan untuk industri otomotif serta pemotongan pajak dan subsidi untuk meningkatkan permintaan di dalam negeri. Sementara itu, pemerintah juga berjanji berupaya bernegosiasi dengan AS dan membantu memperluas pasar.

Seperti diketahui, Trump mengumumkan tarif sebesar 25 persen untuk mobil dan truk ringan impor. Produsen diperkirakan akan menanggung sebagian biaya tarif pada tahun pertama, tetapi pada akhirnya akan mengubah produksi dan mungkin berhenti mengimpor model bervolume rendah tertentu ke pasar AS.

"Mengingat proporsi produksi lokal produsen mobil Korea Selatan di Amerika Serikat (yang lebih rendah), industri kami relatif kurang beruntung," kata Pemerintah Korsel dalam sebuah pernyataan.

Tarif Trump ini diperkirakan akan menyebabkan kerugian yang signifikan bagi produsen mobil dan suku cadang mobil Korea Selatan, meskipun sulit untuk memperkirakan angka saat ini.

Demi mengatasi masalah likuiditas, pemerintah akan meningkatkan dukungan pembiayaan kebijakan untuk industri otomotif menjadi 15 triliun won pada tahun 2025, dari 13 triliun won yang direncanakan sebelumnya.

Pemerintah Korsel juga akan menurunkan pajak pembelian mobil menjadi 3,5 persen dari saat ini 5 persen hingga Juni 2025. Kemudian, subsidi kendaraan listrik juga akan ditingkatkan menjadi 30 persen sampai 80 persen dari diskon harga, dari yang sebelumnya 20 persen sampai 40 persen dengan periode diperpanjang enam bulan hingga akhir tahun ini.

Tidak hanya itu, Pemerintah Korsel juga akan secara aktif mendukung upaya produsen mobil untuk memperluas pasar ekspor di Global Selatan, yang merujuk pada negara-negara kurang berkembang di Afrika, Amerika Latin, dan Asia.

"Kami akan melakukan yang terbaik untuk memastikan bahwa AS tidak memperlakukan Korea Selatan dengan cara yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan sekutu lainnya, melalui negosiasi dan dengan memperkuat kerja sama bilateral," ucap Pemerintah Korsel.

Pilihan Editor: Mudik Bogor-Semarang Pakai Toyota Yaris Cross Hybrid, Tak Pegal dan Irit

Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram pilih grup GoOto

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi