Rio Haryanto Memburu McLaren  
Reporter: Tempo.co
Editor: Tempo.co
Minggu, 21 Agustus 2011 08:37 WIB
Rio Haryanto.
Iklan
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Senyuman terus mengembang di wajah Rio Haryanto saat hadir dalam sebuah konferensi pers di kawasan Thamrin, Jakarta, pekan lalu. Dua piala kemenangan dari dua seri GP3 2011 yang berada di depan Rio seperti menutupi sosok pembalap muda yang kini bersinar di ajang balap mobil formula itu. Dengan memegang teguh prinsip “Never Give Up” yang diberikan kedua orang tuanya, Sinyo Haryanto dan Indah Pennywati, Rio mencoba terus bertahan pada upayanya menjadi pembalap Indonesia pertama yang bisa tampil di ajang balap mobil Formula Satu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ujian berat sempat datang di awal musim ini. Rio kesulitan mendapatkan poin pada awal GP3 2011. Kesulitan serupa juga harus dihadapinya dalam laga AutoGP, yang juga diikutinya tahun ini. Demi mendapatkan pencapaian yang lebih baik, Rio memang menjajal kemampuannya pada dua ajang sekaligus. Keduanya memang memiliki karakteristik yang jauh berbeda. “Saya ikut di AutoGP sebagai jembatan saya untuk berlaga di GP2,” kata Rio.

Sayangnya, pilihan itu memang membuat Rio harus berjuang lebih dari sebelumnya. “Ada perbedaan yang cukup jauh antara mobil GP3 dan AutoGP. Jika menggunakan mobil AutoGP, saya harus bisa lebih ngotot,” katanya. Meski demikian, menjelang seri-seri terakhir kedua perhelatan tersebut, Rio mampu menemukan cara yang tepat untuk mengatasi masalahnya. Ia meraih podium tertinggi di dua race di GP3 dan menaiki podium kedua di seri ketiga AutoGP di Sirkuit Brno, Republik Ceko.

Rio mengaku sempat sedikit tertekan oleh hasil yang tidak maksimal sebelumnya. Apalagi saat berlaga di seri ke-4 GP3 di Sirkuit Silverstone, Inggris, awal Juli lalu. Ia harus bisa memulai balapan di urutan ke-19. “Sebenarnya saya start dari posisi ke-9, tetapi saat itu saya terkena penalti dari balapan sebelumnya di (sirkuit) Valencia karena ada sedikit benturan dengan pembalap lain,” katanya. Meski begitu, Rio bisa finis di urutan ke-4.

Kesuksesan itu bagi Rio didapatkan tak lain dari dukungan orang tuanya. “Jika ada masalah, saya selalu berdiskusi dengan mereka. Apalagi mereka selalu ada untuk saya di setiap balapan yang saya ikuti,” katanya. Sinyo dan Indah memang tak pernah absen menghadiri setiap ajang balap yang diikuti Rio. “Saya selalu ingin berada bersamanya, karena bagaimanapun yang utama adalah bagaimana agar dia selamat,” kata sang ibunda, Indah.

Selain itu, besar di lingkungan keluarga pembalap membuat Rio seakan tidak memiliki impian selain menjadi seorang pembalap terbaik. “Dan saya merupakan anak bungsu yang kini mendapat perhatian dan dukungan penuh dari kedua orang tua saya. Saya pun memang sangat ingin bisa menjadi pembalap yang terbaik,” katanya.

Kini Rio terus menjahit asa untuk menjadi pembalap Indonesia pertama yang menjajal ajang balap jet darat, Formula Satu. “Saya berusaha semaksimal mungkin untuk jadi pembalap F1, opportunity only comes once,” kata Rio, yang memang terbata-bata berbicara dalam bahasa Indonesia. Kegiatan balap formula yang sudah ditekuni sejak 2008 membuatnya jauh dari kota kelahirannya, Solo. Logat Jawa masih kental melekat pada pembalap kelahiran 22 Januari 1993 itu dan bahasa Indonesia memang bukan bahasa sehari-harinya.

Setelah menghabiskan masa awal Ramadan di Indonesia sejak awal Agustus lalu, Rio akan kembali berjuang di arena balap. Masih ada dua seri tersisa pada GP3 musim ini dan dua seri lainnya di AutoGP. Ia mengejar hasil terbaik pada dua seri GP3 di Sirkuit Spa-Francorchamps, Belgia, dan Sirkuit Monza, Italia. “Saya sangat optimistis saya bisa mendapatkan hasil terbaik di dua seri terakhir,” katanya.

Rio hanya perlu naik podium untuk bisa menembus delapan besar klasemen terakhir. Itu akan menjadi modal yang cukup untuk membawanya meningkat ke GP2, ajang jembatan menuju F1 tahun depan. Sebenarnya, kesempatan itu sudah bisa datang saat Rio masuk lima besar GP3 tahun lalu. Namun hambatan biaya menjadikannya harus bersabar menantikan kesempatannya berlaga di ajang F1.

Jika boleh memilih, Rio pun menunjuk tim McLaren-Mercedes sebagai tim impian yang ingin dibelanya di kompetisi F1 nanti. Alasannya sederhana saja, selama berlaga di GP3, Rio bergabung dengan tim Marussia Manor Racing, yang juga bermarkas di Inggris, markas McLaren. “Saya sudah merasa cocok dengan tim dari inggris,” katanya.

EZTHER LASTANIA

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi