Laju Penjualan Mobil Segmen Premium Tertahan  
Reporter: Tempo.co
Editor: Saroh mutaya
Rabu, 29 Maret 2017 10:51 WIB
Porsche Panamaera 4S diluncurkan di The Pallas, Jakarta, Senin, 27 Februari 2017. Panamera merupakan mobil sedan premium hasil racikan produsen asal Jerman yang mempunyai tenaga super. Tempo/Wawan Priyanto.
Iklan
Iklan

TEMPO.COJakarta - Masalah distribusi dan aksi menahan pembelian oleh konsumen membuat penjualan kendaraan roda empat segmen premium pada Februari naik tipis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan mobil kelas ini sepanjang Februari hanya 673 unit.

Jumlah tersebut naik 3,3 persen dibandingkan dengan capaian pada bulan yang sama tahun lalu yang membukukan penjualan sebanyak 651 unit.

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan penjualan mobil kelas premium tidak begitu cemerlang. Selain karena adanya hambatan dalam hal distribusi, konsumen kelas atas dinilai masih belum percaya diri melakukan pembelian kendaraan baru.

Lexus, misalnya. Distribusi merek premium dari Toyota Motor Corp ini terhambat lantaran faktor produksi.

General Manager Lexus Indonesia Adrian Tirtadjaja mengatakan perusahaan kehabisan stok sejak akhir tahun lalu, dan saat ini masih menunggu distribusi produk dari negara prinsipal.

“Kami masih menunggu distribusi. Produksi baru dimulai Januari 2017, jadi masa tunggu lumayan lama. Produk pesanan baru datang Februari,” katanya kepada Bisnis, Senin, 28 Maret 2017.

Pada bulan lalu, total penjualan ke dealer (wholesale) Lexus sebanyak 90 unit, tidak begitu berbeda dengan capaian pada bulan yang sama tahun lalu, yakni sebanyak 92 unit. Produk yang menjadi tumpuan penjualan pada bulan lalu adalah Rxt200, yang terjual 57 unit.

Adrian menambahkan, pada dasarnya permintaan atau pemesanan yang dilakukan konsumen sangat tinggi sejak awal tahun ini. Adapun produk yang menjadi sasaran konsumen adalah segmen sport utility vehicle (SUV).

“Antrean konsumen yang memesan produk kami sekitar 200 orang. Model yang paling laris adalah RX, LX, dan NX,” ujarnya.

Dari delapan merek mobil premium yang tercatat sebagai anggota Gaikindo, hanya tiga di antaranya yang berhasil mencatatkan kinerja positif, yaitu Mercedes-Benz, Audi, dan Mini. Sedangkan penurunan penjualan dialami BMW dan Lexus.

Sementara itu, merek yang tidak mencatatkan penjualan pada bulan lalu adalah perusahaan asal Inggris, yakni Jaguar dan Land Rover, serta merek mewah keluaran PT Nissan Motor Indonesia, Infiniti.

Joe Surya, Presiden Direktur PT Maxindo International Nusantara Indah, distributor mobil Mini di Indonesia, menilai kondisi pasar premium yang masih stagnan merupakan dampak dari belum menguatnya kepercayaan diri masyarakat terhadap situasi ekonomi.

Meskipun penjualan Mini terbilang positif, hal itu tidak sesuai dengan harapan perusahaan, terutama setelah pemerintah mengimplementasikan program pengampunan pajak alias tax amnesty.

“Stagnasi pasar menurut kami lebih disebabkan oleh tax amnesty yang belum sepenuhnya berdampak, dan programnya masih akan berakhir pada bulan ini,” katanya.

Selain itu, kegaduhan politik yang terjadi sejak akhir tahun lalu cukup membuat psikologi konsumen mobil premium terganggu. Menurut dia, konsumen khawatir gejolak politik akan berpengaruh terhadap ketahanan ekonomi makro.

“Kondisi pasar seperti ini tidak bisa dilepaskan dari faktor politik juga. Mungkin setelah pilkada DKI Jakarta berakhir, pasar akan pulih,” ujar Joe.

BISNIS.COM

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi